Entertainment
Minggu, 3 November 2019 - 01:00 WIB

4 Fakta Menarik Film Horor Lampor: Keranda Terbang

Ika Yuniati  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bintang film Lampor saat promo di The Park Mall Solo Baru, Kamis (31/10/2019). (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO – Mitos lampor dari Temanggung, Jawa Tengah, diangkat dalam film terbaru Lampor: Keranda Terbang. Film Indonesia yang dibintangi Dion Wiyoko ini dirilis, Kamis (31/10/2019).

Dion Wiyoko mengatakan cerita lampor awalnya datang dari sang sutradara, Guntur Soeharjanto. Mitos masa kecil Guntur di Temanggung, Jawa Tengah, kemudian diolah menjadi cerita fiktif dalam balutan drama horor. Butuh waktu selama hampir empat bulan untuk menyelesaikan final draf sebelum film terbaru ini diproduksi.

Advertisement

Dion Wiyoko yakin film terbaru Lampor bakal menambah khasanah genre horor Indonesia. Khususnya film yang konsisten mengusung tema urband legend sebagai kekuatan ceritanya.

“Saya percaya di luar sana masih banyak urband legend lain yang bisa dikembangkan. Sehingga kita enggak hanya membuat film. Tapi juga promosi kebudayaan lokal,” kata Dion Wiyoko dalam meet and great bintang film Lampor: Keranda Terbang di House of Beer (HOB) The Park Mall Solo Baru, Kamis (31/10/2019).

Advertisement

“Saya percaya di luar sana masih banyak urband legend lain yang bisa dikembangkan. Sehingga kita enggak hanya membuat film. Tapi juga promosi kebudayaan lokal,” kata Dion Wiyoko dalam meet and great bintang film Lampor: Keranda Terbang di House of Beer (HOB) The Park Mall Solo Baru, Kamis (31/10/2019).

Beda dengan film horor lain

Dion Wiyoko mengaku tertarik membintangi film terbaru Lampor karena konsepnya tak hanya berisi kisah misteri yang menakut-nakuti. Sutradara punya misi besar mengusung cerita lokal dan kebudayaan daerah. Proses pengambilan gambar film ini dilakukan selama 80 hari di Temanggung.

Advertisement

“Kebetulan sebelumnya tidak pernah tahu soal lampor. Jadi saya riset cukup lama untuk ini,” kata dia.

Dion Wiyoko meyakinkan film terbarunya berbeda dengan garapan horor lain. Tak sekadar menakut-nakuti, Lampor sarat pesan moral. Tentang pentingnya kebersamaan dalam keluarga. Juga nilai-nilai Jawa dalam unen-unen Sura Dira Jayaningrat Lebur Dening Pangastuti. Yang artinya segala sifat angkara, lebur dengan kesabaran dan kelembutan.

Tak pakai CGI

Advertisement

Tim produksi film terbaru Lampor tidak memanfaatkan teknologi CGI atau efek menipulatif lainnya. Beberapa hal menarik dalam film ini murni kreativitas tim produksi. Misal dandanan Lampor dengan tubuh kekar nan tinggi yang digarap sangat detail oleh tim kreatif. Mereka bahkan butuh waktu hampir dua jam untuk menyelesaikan dandanan setiap kali akan memulai syuting.

Lampor dari Temanggung

Karya fiksi ini terinspirasi dari mitos lampor yang sering didengar sang sutradara, saat masih kecil. Lampor merupakan keranda terbang yang dibawa oleh setan-setan dipimpin makhluk besar berwarna hitam. Terbang dengan muka rusak dan bermata merah, ia kerap meneror dan menculik korbannya. Ada yang mati, sakit lalu menjadi gila, hingga meninggal dunia.

Advertisement

Sinopsis film

Sementara cerita garapan Guntur ini bermula dari kepulangan pasangan suami istri (Dion Wiyoko dan Adinia Wirasti) dan kedua anaknya ke kampung halaman di Temanggung. Mereka disambut curiga dan dianggap pembawa musibah karena kampung yang sedang dilanda teror lampor. Konflik mulai meruncing saat kedua anak mereka ikut menjadi korban lampor.

Penonton tak perlu khawatir hanya dilanda ketakutan. Sutradara juga materi-materi lain berbasis budaya lokal yang dekat dengan Temanggung. Misalnya adanya tari tradisi jaranan, pemandangan Gunung Sindoro-Sumbing, dan aktivitas petani tembakau sebagai identitas kota bersuhu dingin ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif