SOLOPOS.COM - Ilustrasi (inquisir.com)

Ilustrasi (inquisir.com)

Dalam soal cerita, Titanic versi 3D memang enggak ada bedanya sama versi original yang dirilis pada 1997 lalu. Yang berbeda adalah tampilan visualnya yang dulunya datar-datar aja menjadi 3D. Meskipun cuma konversi tayangan visualnya aja, sebenarnya enggak gampang bikin Titanic versi 3D ini.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Selain durasinya yang panjang banget, ada banyak hal di film ini yang harus diperbaiki. Konversi ini butuh waktu sampai 60 pekan dan biayanya sampai $18 juta (Rp180 miliar).

Maklum aja nih, pembuatan Titanic versi asli dulu belum memakai teknologi video digital. Jadi sebelum dikonversi jadi 3D, film ini mesti dikonversi dulu menjadi sinema digital dengan resolusi sepanjang 4.000 piksel. Teknologi sinema digital ini memang baru dikenal pada 2006 atau sembilan tahun setelah Titanic versi original selesai dibuat.

Ya, cuma itu aja perubahan besar yang dilakukan buat menampilkan versi baru Titanic di depan mata kalian. Tapi di luar rencana, sutradara James Cameron harus melakukan syuting ulang untuk salah satu adegan penting. Adegan itu adalah saat Rose (Kate Winslet) sedang terapung di atas sepotong kayu di lautan Atlantik Utara yang ceritanya terjadi pada 15 April 1912 pukul 04.20 waktu setempat.

Gara-garanya adalah astronom Neil deGrasse yang mengkritik letak bintang di langit dalam adegan itu. Cameron yang dikenal perfeksionis menjawab kritikan itu dan menantang Neil memberitahu bintang apa saja yang tepat. Akhirnya adegan pun diulang dengan latar belakang bintang-bintang yang sudah akurat, termasuk Bima Sakti yang terlihat jelas.
Hasilnya pun dipuji oleh banyak kritikus film. Peter Travers

dari situs Rolling Stone memberi angka 3,5 (dari 1-4) untuk menunjukkan kekagumannya. “3D memperkuat Titanic. Kamu (seperti) ada di sana,” kataya.

Penulis untuk Entertainment Weekly, Owen Gleiberman, juga memberikan rating A pada film ini.
“Sekali lagi, efek visual 3D tidak menggelapkan atau mengacaukan. Gambarnya terlihat sensasional, tajam dan hidup,” tulisnya.
Itu pendapat mereka yang benar-benar jadi penikmat tayangan 3D. So, bagaimana dengan kamu?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya