SOLOPOS.COM - Eki NF, penulis naskah yang juga pemimpin Tim Kreatif sekaligus pengisi suara Adit Sopo Jarwo yang tayang di MNC TV (Facebook)

Adit Sopo Jarwo yang tayang di MNC TV melibatkan ratusan animator Indonesia.

Solopos.com, SOLO – Adit Sopo Jarwo (ASJ) MNC TV melewati proses panjang untuk menjadi tayangan favorit pemirsa Indonesia. Animasi buatan Indonesia itu kini sudah mendapat tempat di hati.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Eki N.F penulis naskah yang juga pimpinan kreatif film ASJ dan pengisi suara ASJ, ketika dihubungi Solopos.com, Kamis (8/1/2015), mengatakan ASJ semua berawal dari terbentuknya MD Animation pada September 2012.

Sebagai studio animasi baru, para penggawa MD Animation ingin membuat sebuah program tontonan yang beda dari yang lain.

Dari berbagai ide, cerita ASJ disepakati untuk dijadikan film serial animasi.

“Film ini butuh waktu 1,5 tahun untuk proses pembuatannya sebelum ditayangkan. Film ASJ yang sudah ditonton masyarakat seperti saat ini adalah bentuk penyempurnaan yang entah kali ke berapa. Desain awal Adit & Sopo Jarwo justru tidak terpakai,” kata Eki.

Eki dan tim kreatif yang dipimpinnya lalu menyempurnakan gambar visual, seperti bentuk rumah, wajah, cara berjalan, dan sebagainya.

Ceritanya pun mengalami bongkar pasang. Tema cerita selalu berubah. Namun intinya terinspirasi kehidupan sehari-hari.

Tokoh utama seperti Jarwo, itu mewakili masyarakat urban Indonesia. Dia juga mewakili orang-orang daerah yang merantau ke Jakarta tanpa bekal apa pun.

Sedangkan Adit mewakili bocah-bocah polos yang berani mengatakan hal yang benar adalah benar.

“Tokoh Adit ini khas anak-anak. Kalau menurut dia salah, dia berani katakan salah, tak pandang itu orang tua atau anak-anak,” jelas Eki.

Bentuk visual Adit dulu rambutnya berjambul dan bercelana ketat di atas dengkul. “Tapi setelah jadi kok jadinya lebih mirip bencong? Akhirnya kami ubah lagi dari nol,” terang dia.

Kehidupan Kampung

Tim sepakat membuat film animasi kehidupan sebuah kampung di Jakarta bernama Kampung Karet. Film itu merekam lika-liku kehidupan orang-orang kampung.

Eki juga membuat perbandingan kehidupan kampung yang lebih egaliter dengan kehidupan perumahan yang kaku.

Hal itu dituangkan dalam setiap adegan, di mana Adit lebih suka bermain di kampung ketimbang di kompleks perumahan. Untuk durasi film, awalnya Eki menginginkan durasi panjang seperti film televisi (FTV).

Tapi menimbang terbatasnya jumlah animator yang awalnya hanya 20-an orang, durasi film disepakati tujuh menit per episode.

Itu pun cukup menyita waktu. Satu episode butuh tiga bulan untuk membuatnya.

Untuk menyingkat waktu, Eki dan Dana Riza yang menjadi sutradara dan produser ASJ merekrut animator.

Setelah cerita dari tim kreatif matang, karakter tokoh itu dibuat visualisasi dua dimensi (2D). Setelah itu baru dibuat model tokoh yang hidup di lingkungan kampung dan perumahan.

“Animator kami kumpulkan sekitar 350 orang. Ada yang bikin bentuk rumah, kendaraan, sepedanya Adit, warna apa yang patut untuk bajunya Adit, dan sebagainya,” kata Eki.

Para animator juga bertanggung jawab membuat tekstur baju, memberikan efek rigging atau memberikan tulang-tulang agar bisa digerakkan, dan sebagainya.

Proses ini penting agar para tokoh terlihat luwes ketika hidup di perkampungan.

Setelah itu masuk ke tahap animasi sesuai kebutuhan cerita dengan storyboard.



Di proses inilah  tim layout bekerja. Para animator juga memberikan ekspresi dalam setiap shoot adegan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya