Entertainment
Jumat, 16 Maret 2012 - 12:15 WIB

ANANDA SUKARLAN: Orang Indonesia Sangat Amerika

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JAKARTA--Indonesia kini diperhitungkan dalam dunia showbiz internasional sebagai salah satu panggung konser terbesar di Asia.

Indikasinya, musisi papan atas dunia seperti Stevie Wonder, Al Jarreau, George Duke, Manhattan Transfer & Dave Koz  mentas di Jakarta melalui ajang konser  Java Jazz 2012.

Advertisement

Selain itu, penyanyi legendaris Rod Stewart  dan  Roxette datang ke sini, mendahului diva ‘seronok’ Lady Gaga yang akan unjuk kebolehan Juni. Apa alasan musisi asing berdatangan ke Indonesia dan bagaimana dampaknya bagi perkembangan musik di sini?

Berikut wawancara JIBI dengan pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan Indonesia Ananda Sukarlan.

Advertisement

Berikut wawancara JIBI dengan pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan Indonesia Ananda Sukarlan.

Mengapa akhir-akhir ini banyak musisi asing yang tampil di Indonesia?

Ini adalah bukti bahwa salah satu cara yang terbaik untuk invest atau bekerjasama secara ekonomi di satu negara adalah lewat hiburan dan kesenian/ budaya. Nah, pemerintah Indonesia itu belum menggunakannya sama sekali.

Advertisement

Bahkan saya berani bilang bahwa penduduk Jakarta (dan banyak kota lainnya) jauh lebih “americanized” daripada “Indonesian” dalam hal cara berpikir, pola hidup dan lainnya.

Apa alasan mereka masuk ke pasar konser di Indonesia?

Tentu harapan antusiasme penonton Indonesia yang sangat “americanized”. Jumlah penonton untuk mereka di Indonesia jauh melebihi konser mereka di Eropa. Selain itu harga tiket juga lebih mahal di Indonesia dibandingkan konser mereka di Eropa.

Advertisement

Bagaimana reaksi mereka setelah menggelar konser dan tahu kondisi lapangan di sini?

Saya dengar bahwa Indonesia sekarang cukup populer sebagai konsumen musik pop Amerika, bahkan salah satu tujuan utama mereka untuk memasarkan produk mereka di luar AS. Apalagi sekarang sudah cukup aman dari ancaman terrorisme. Dari segi kuantitas publik, tentu saja Indonesia sangat menguntungkan, apalagi generasi muda kita sekarang jauh lebih “americanized” daripada jaman saya dulu.

Siapa lagi penyanyi atau musisi kelas dunia yang pantas dan perlu atau penting tampil di Indonesia?

Advertisement

Musisi klasik dong, dan juga jangan hanya penyanyi saja! Penyanyi opera seperti Placido Domingo, Rene Fleming, pemain flute Andrea Griminelli, pianis Lang Lang, gitaris Spanyol Paco de Lucia.

Antusiasme juga lebih tinggi, karena kita jauh lebih “americanized”. Masyarakat Eropa sangat (kadang terlalu) menghargai dan membanggakan aset budaya dan artis mereka sendiri sehingga lebih susah di”amerikanisasi”nya, bukan hanya dari bidang seni, tapi juga dalam hal junk-food dan produk lainnya.

Padahal budaya, makanan dan lainnya Eropa sama sekali tidak bisa dibandingkan keragamannya, kekayaannya dan “sophistication”nya dibanding Indonesia.

Apa hambatan penyanyi lokal untuk go international?

Tidak adanya support dari pemerintah Indonesia. Kalaupun Kedutaan Besar kita mengundang artis Indonesia biasanya untuk acara mereka sendiri, jadi tamunya, ya, orang Indonesia (paling tidak 80% -90%) di negara tersebut. Tujuannya lebih untuk menghibur diri sendiri biasanya.

Padahal dengan adanya internet dan lainnya seharusnya kementrian dan perwakilan RI di luar negeri jauh lebih gampang mempublikasikan artis kita ke luar negeri. Semua artis Indonesia yang hidup dan berkarier di luar negeri justru tanpa campurtangan pemerintah, termasuk saya.

Bagaimana Kementerian Pariwisata & pengusaha hiburan memanfaatkan peluang event tersebut untuk menjual Indonesia ke manca negara?

Kayaknya belum memanfaatkannya deh. Justru devisa kita yang hilang karena mengundang (dan laku-nya) artis pop terutama dari Amerika. Padahal kalau konser mereka di Indonesia dipublikasi ke negara tetangga, apalagi kalau mereka eksklusif ke Indonesia saja tanpa lewat Singapura atau Malaysia, pasti penonton dari negara tetangga akan datang.

Selain itu belum ada pemanfaatan dalam mengasimilasi video pemandangan Indonesia, misalnya, atau nilai etnik musik Indonesia di dalam konser tersebut.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif