SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Band indie label Larut Malam mengampanyekan anti-kekerasan perempuan lewat sebuah lagu.

Solopos.com, SOLO – Band indie label asal Jogja, Larut Malam, yang terbentuk 2013 memiliki tujuan berbeda dalam bermusik. Mereka membuat sejumlah lagu bertema anti kekerasan pada perempuan yang kini masuk dalam album kompilasi berjudul Bertanya Apa Itu Cinta.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Album itu dirilis pada 2013 yang berisi 20 lagu. Dari jumlah itu, empat di antaranya lagu milik Larut Malam yang berjudul Lady, Bicara, Kita Sama, dan Salah Pilih.

Lady bercerita tentang perempuan saat ini yang bisa menjadi korban dan pelaku kekerasan. Perempuan yang menjadi pelaku itu contohnya tidak menjadi ibu yang baik karena tidak bisa merawat anaknya atau bahkan melakukan kekerasan pada anak.

Sementara, lagu Bicara bercerita tentang bagaimana mengantisipasi konflik dengan tidak berbicara menggunakan nada tinggi. Juga selalu berkata apa adanya dan menyelesaikan permasalahan dengan musyawarah.

Sedangkan lagu Kita Sama berisi pesan tolerasi antar umat manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Terakhir, lagu Salah Pilih berisi hidup adalah pilihan dan jangan mudah terpengaruh pada omongan orang.

Band yang digawangi tiga personel yakni Erlina (vokal), Alex (perkusi), dan Agung (bass) itu juga tergabung dalam Forum Pencipta Lagu Muda di Jogja. Mereka yang awalnya bermusik dengan genre blues, tertarik dengan konsep anti kekerasan pada perempuan karena Erlina dan suaminya yang juga seniman memiliki latar belakang aktivis.

Mereka lalu bergabung dengan Rifka Annisa yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jogja. Lembaga itu berupa Pusat Pengembangan Sumberdaya untuk Penghapusan Kekekerasan Terhadap Perempuan. Album kompilasi tersebut juga diterbitkan oleh Rifka Annisa.

“Di dalam lagu-lagu itu, kami ingin mengajak masyarakat untuk memahami isu kekerasan terhadap perempuan dalam hal fisik dan psikis. Apalagi meningkatnya jejaring sosial membuat banyak bulliying pada orang lain yang secara tidak langsung termasuk tindak kekerasan,” kata Erlina saat ditemui Solopos.com seusai pentas di SMKN 7 Solo, Senin (14/9/2015).

Menurutnya, pendekatan dengan musik bakal lebih efektif karena seni mudah dipahami masyarakat terutama anak muda. Ia pun berharap lagu-lagu itu bisa menyadarkan masyarakat tentang banyaknya kasus kekerasan pada perempuan sehingga harus dicegah bersama-sama. Sebab, lanjut dia, dalam lima detik ada satu kekerasan pada perempuan yang itu tidak disadari masyarakat.

Selain Larut Malam, di dalam album kompilasi itu, juga ada tiga grup band lainnya dari Jogja yang juga memiliki tujuan sama. Mulai Senin-Sabtu (14 -19/9/2015), mereka bergantian mengkampanyekan anti-kekerasan pada perempuan yang berupa Rannikustik Go To School 2015. Kegiatan itu berupa mini konser Nada Bicara dengan format pentas musik akustik.

“Selain Solo, kami akan berkampanye di Salatiga, Semarang, Wonosobo, Purworedjo, dan Kulonprogo. Saat itu, kami membagikan sejumlah CD kompilasi secara gratis dan menyisipkan imbauan-imbauan pencegahan kekerasan pada perempuan. Kami menyasar anak-anak muda agar mereka ikut peduli,” imbuh Erlina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya