SOLOPOS.COM - Lord Symphony (JIBI/Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Berangkat dari panggung kompetisi, audisi, dan pentas musik cadas, band indie label pengusung aliran speed power metal asal Solo, Lord Symphony, akhirnya diakui sebagai nomine di ajang Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2013.

Band yang dimotori Fuad (gitar), Fa’i (gitar), Ikhsan (bas), Dani (keyboard), Fauzi (drum), dan Arif (vokal) ini kali pertama terbentuk pada 31 Desember 2005 lalu. Tumbuh dari semangat indie, band yang sempat didaulat sebagai pengisi opening act konser band Jerman, Helloween, dalam gelaran Hellishrock Tour di Jakarta pada 2008 ini, enggan berpuas diri. Dengan tekad mengibarkan bendera Merah Putih di panggung musik internasional, band yang dua kali ganti personel ini akhirnya menerima pinangan salah satu major label asal Jepang, Total Steel Records.

Promosi Mabes Polri Mengusut Mafia Bola, Serius atau Obor Blarak

“Harapan kami enggak ingin mencari materi, gengsi, dan lain-lain. Kami hanya ingin mengibarkan bendera Merah Putih di jalur speed power metal. Pendekatannya dengan budaya lokal yang berkembang di sini tentunya,” kata pentolan Lord Symphony, Fuad Safrudin, ketika berbincang dengan Solopos.com di Benowo Wetan RT 005/RT 008, Ngringo, Jaten, Karanganyar, Rabu (11/9/2013) siang.

Kiprah Lord Symphony menuju pasar musik global rupanya tidak instan. Jalan panjang penjualan album lewat situs penjualan lagu online terlebih dahulu mereka tempuh. Selain merilis album fisik, band ini melempar album keduanya yang berjudul Bharatayudha Part 1 secara online lewat Amazon.com, 2010 lalu. Album ini mendapatkan ulasan positif oleh Kazuo Ogasawara dari blog Captain Wada’s Rock Drive.

Single terakhir mereka yang berjudul Bima Suci (2011) juga dipasarkan lewat sejumlah toko musik online seperti Amazon, iTunes, Napster, 7 digital, HMV Digital, Emusic, CDon, Virgin Mega Store, Spotify, Fnac, Media Markt, Nokia OVI, MOG, dan lain-lain. Jalan Fuad dkk. memilih major label asal Jepang bukan tanpa alasan. Menurut Fuad, pihaknya jengah melihat perlakuan major label Indonesia yang terlalu banyak mengintervensi kreativitas.

Major label Indonesia susah. Banyak sekali aturannya. Mulai dari komposisi personel sampai musikalitas diatur sesuai selera pasar. Kami enggak mau. Lalu manajer kami mendapatkan major label Jepang yang bersedia mendukung proyek album terbaru kami. Mereka memberi kami kebebasan dalam kreativitas bermusik,” bebernya.

Menurut Fuad, ide untuk lepas dari jalur indie membuka jalan untuk naik pentas musik cadas tahunan di Jerman Utara, Wacken Open Air Festival. “Semua band metal yang menjadi influencer kami seperti Helloween, Rhapsody Of Fire, Symphony X, Stratovarius, Dragonforce, Megadeth, hingga Metallica, biasanya tampil di sana. Kami ingin suatu saat bisa pentas ke sana. Tapi syaratnya sudah memiliki major label. Langkah ini menjadi salah satu upaya kami. Semoga album terbaru kami diterima,” harapnya.

Lord Symphony saat ini disibukkan aktivitas penggarapan lagu daur ulang album perdana mereka, Lord Wisdom. Dengan penggarapan aransemen baru dan kental nuansa gamelan sebagai trade mark, album ketiga ini bakal diluncurkan ke pasar global akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya