SOLOPOS.COM - G.P.H. Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara saat ditemui wartawan di Kantor Sekretariat SIPA, Jl Kedasih, Kerten, Laweyan, Solo, Senin (17/9) siang. (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

“Amenangi zaman edan,

Ewuhaya ing pambudi,

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Melu ngedan nora tahan,

Yen tan melu anglakoni,

Boya keduman melik,

Kaliren wekasanipun,

Ndilalah kersa Allah,

Begja-begjaning kang lali,

Luwih begja kang eling klawan waspada.

 

Solopos.com, SOLO — Penggalan bait Serat Kalatidha yang ditulis pada 1860 silam menjadi salah satu mahakarya peninggalan R. Ng. Ronggowarsito. Karya sastra Jawa yang dibuat dalam bentuk Tembang Macapat ini belakangan sering dikait-kaitkan dengan kondisi kekinian.

Rekam jejak yang ditorehkan kehidupan pujangga yang hidup di masa Pakubuwana VII ini tak berhenti di situ saja. Kehidupannya sebagai abdi Keraton Kasunanan dikenal dekat dengan Paku Buwono VII dan Mangkunegara IV selalu mengundang berbagai cerita. Kepiawaiannya meramal hingga kematian yang dituliskannya sendiri lewat Serat Sabdajati hingga kini masih menyimpan teka-teki.

Semua itu mengilhami G.P.H. Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara untuk mengangkat kisah Ranggawarsita ke layar lebar. Ide film yang dicetuskan Paundra ini telah disampaikan sejak 2012 lalu. “Idenya sejak seminar Pengaruh Karya Sastra Ronggowarsito terhadap Ipoleksosbud yang digelar Karya Sinema Nusantara di Loji Gandrung 2012 lalu. Kebetulan dari dulu saya selalu ingin mengangkat kehidupan tokoh asal Solo lewat film. Hingga saat ini kami masih menjalani proses riset,” jelas produser film Ranggawarsita, Popo, ketika berbincang dengan wartawan, Senin (17/9/2013).

Mantan anggota DPRD Solo ini mengungkapkan proses riset biopic (film yang mengisahkan kehidupan) Ranggawarsita membutuhkan waktu yang sangat panjang. Alasannya, dia harus memilah dan memilih versi cerita sesuai kemauannya.

“Risetnya cukup lama. Sudah enam bulan berjalan. Soalnya banyak sekali versi ceritanya. Saya benar-benar harus memilih. Saya tidak ingin keliru menafsirkannya dalam film. Tapi sekarang ketika akan bergerak ke arah penulisan skenario, saya benar-benar gamang film ini akan dibawa ke arah film komersial atau film sejarah yang dibuat untuk festival,” bebernya.

 

Sekelas Last Emperor

Disinggung mengenai perkiraan anggaran untuk pembuatan filmnya, Paundra mengaku bakal membutuhkan dana sebesar Rp100 miliar. “Kira-kira sampai Rp100 miliar. Sampai saat ini sudah ada dua opsi penggarapannya, antara Karya Cinema Nusantara dengan Kinarya Guruh Soekarno Putra,” ungkapnya.

Paundra bercita-cita filmnya kelak bisa dibuat dengan teknik garapan laiknya film epik sekelas Last Emperor. “Kalau melihat konteks karya adaptasi, inginnya film ini tidak melenceng dari fakta sejarah. Walaupun ini karya interpretasi, tapi inginnya seperti Matah Ati. Untuk karya film, saya berkiblat dengan Last Emperor,” jelasnya.

Menurut Paundra, proses penggarapan film berbiaya tinggi ini rencananya baru dimulai setelah Pemilu 2014 mendatang. “Penggarapannya nanti setelah 2014. Saya tidak mau terburu-buru. Menunggu jalan Tuhan saja,” pungkasnya.

Film biopic Ranggawarsita rencananya tidak hanya menggambarkan sekelumit kehidupan pujangga ini di Keraton Kasunanan Solo. Sisi lain Ranggawarsita saat menjabat sebagai awak redaksi di Pura Mangkunegaran hingga pembuatan karya sastra yang fenomenal akan digambarkan dalam film berdurasi 120 menit ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya