SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dalam pertunjukan teater berjudul Kukut yang ditampilkan Teater Prodo di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Minggu (17/11/2013) malam. Teater pelajar SMA Batik 1 Solo ini menjadi salah satu penampil terbaik dan peraih pemerang putra terbaik pada gelaran Festival Teater Berbahasa Jawa se-Jawa Tengah 2013.

Solopos.com, SOLO — Penyelenggaraan Festival Teater Berbahasa se-Jawa Tengah 2013 di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Minggu (17/11/2013) malam, resmi berakhir.

Gelaran yang telah menginjak tahun kedua ini diikuti delapan kelompok teater SMA/SMK Se-Jawa Tengah.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Festival yang digelar selama tiga hari mulai Jumat-Minggu (15-17/11) ini tak hanya menjadi sarana unjuk kebolehan peserta menampilkan kemampuannya bermain teater, melainkan juga menjadi ajang pelestarian bahasa Jawa di kalangan anak muda.

Gelaran yang digagas oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo bersama dengan Teater Akar Solo ini memberikan penghargaan kepada tiga penyaji terbaik (tanpa jenjang), pemeran putra terbaik, pemeran putri terbaik, penata artistik terbaik, penata musik terbaik, dan penyaji terfavorit.

Kelompok teater berbahasa Jawa SMA/SMK asal Solo meraih enam dari depalan penghargaan yang diberikan. Dewan juri yang terdiri dari ST Wiyono (budayawan), Gigok Anurogo (teaterawan) dan Agus Prasetyo (akademisi dari Jogja), secara umum menilai kualitas penampilan peserta secara teknis dan kemampuan tidak berbeda jauh.

Budayawan ST Wiyono melihat tema teater yang dipilih peserta cukup beragam mulai dari isu sosial, pendidikan, hingga politik.

“Saya lihat penampilan selama tiga hari ini beragam sekali, ada yang bergaya Srimulat, ada yang menggunakan efek filmis, tata artistik juga sudah ada kaidahnya. Ke depan semoga kuota pesertanya bisa ditambah,” katanya pada acara penutupan festival di Teater Arena TBJT, Minggu malam.

Budayawan yang juga pemain ketoprak senior asal Solo ini memberikan apresiasi kepada generasi muda yang hingga saat ini masih mau menekuni teater dan bahasa Jawa.

“Ini hal yang penting untuk kehidupan kita kelak. Bahasa Jawa ini nantinya bisa menjadi pembeda antara kita dengan bangsa lainnya di era iptek ini,” terangnya.

Berbeda dari ST Wiyono yang memberikan apresiasi, akademisi asal Jogja Agus Prasetyo, memberikan sejumlah catatan kepada peserta mengenai seni teater. Agus menilai secara keseluruhan peserta yang tampil pada gelaran selama tiga hari ini belum memiliki insting yang kuat saat menghadapi panggung arena.

“Peserta masih banyak menggunakan konsep panggung prosenium, bukan untuk panggung arena. Sehingga setting-nya belum tepat. Benda di atas pentas banyak yang tidak difungsikan. Simbol yang mendukung cerita belum menyampaikan inti komedi atau tragedi. Masih perlu belajar bersama,” imbuh Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya