SOLOPOS.COM - Ilustrasi Festival Wayang Orang Bocah di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo, 2011 silam. (JIBI/Solopos/Dok.)

  Sanggar tari Soerya Soemirat saat membawakan lakon Nggeguru pada Festival Wayang Orang Bocah di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo, Jumat (4/11/2011).  (Dok/JIBI/Solopos)


Sanggar tari Soerya Soemirat saat membawakan lakon Nggeguru pada Festival Wayang Orang Bocah di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo, Jumat (4/11/2011). (Dok/JIBI/Solopos)

Hampir dua dasawarsa sejak kali pertama digelar 1994 silam, pergelaran Festival Wayang Bocah Kota Solo selalu digelar di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari. Tampil berbeda dari sejumlah gelaran sebelumnya, ajang pelestarian yang melibatkan puluhan pelajar sekolah dasar dan menengah pertama ini bakal tampil lebih dekat dengan masyarakat.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Secara perdana, puncak gelaran tahunan ini digelar di kawasan Benteng Vastenburg, Rabu (18/9/2013) malam. Mengusung tema Luhuring Budaya Mahanani Kuncaraning Bangsa, Festival Wayang Bocah 2013 diawali dengan pemetasan wayang bocah dari sejumlah sanggar kesenian di Gedung Wayang Orang Sriwedari, Senin-Selasa (16-17/9/2013).

“Pementasan di luar GWO ini digelar agar wayang orang lebih dekat dengan masyarakat. Di samping itu, kami juga ingin membangkitkan animo masyarakat menikmati pertunjukan tradisional,” kata Kepala Bidang Seni dan Budaya Disbudpar Kota Solo, Ekowati, kepada wartawan di Plaza Sriwedari, Minggu (15/9/2013).

Sejumlah sanggar yang mengikuti festival tahunan ini antara lain Sanggar Tari Soerya Soemirat GPH Herwasto Kusumo Istana Mangkunegaran, Sanggar Sana Puspa Budaya, Sanggar Eka Santhi Budaya, Sanggar Kridha Budaya, dan Sanggar Galuh Art.  “Panitia membebaskan materi yang ditampilkan dalam pementasan ini. Lakon yang ditampilkan bisa mengambil sumber cerita pakem dari Mahabarata, Ramayana, atau lakon carangan [inovasi cerita yang dikembangkan dari Mahabarata dan Ramayana],” jelasnya.

Lebih lanjut Ekowati menerangkan tiap kelompok peserta yang minimal terdiri dari 20 orang akan diberikan waktu pementasan selama 30 menit-45 menit untuk tampil di hadapan tim pengamat. “Kali ini kami menggandeng pengamat ST Wiyono, Wahyu Santoso Prabowo, dan perwakilan dari Dikpora, Walyono. Mereka akan memberikan penilaian dan evaluasi,” bebernya.

Meskipun mengandalkan anggaran dari yang terbatas senilai Rp40 juta, Disbudpar enggan meniadakan agenda tahunan ini dengan alasan tak mau proses regenerasi wayang terhenti. Untuk menyiasatai, tahun ini pihaknya mengamit sejumlah sponsor untuk membuat gelaran ini bisa tampil semarak.

Project Event dari Trijaya Production, Budi Winoho, selaku pendukung acara mengatakan pihaknya berhasil mengumpulkan sejumlah sponsor untuk lebih menghidupkan gelaran ini. “Dari sponsor yang terkumpul, kami bisa memberikan uang saku dan hadiah produk bagi anak-anak. Harapannya anak-anak bisa lebih semangat,” ungkapnya.

Walaupun tidak dibuat dalam format perlombaan, namun festival ini akan memberikan penghargaan kepada kelompok penyaji terbaik, pemeran putri terbaik, pemeran putra terbaik, dan penyaji komedi terbaik. Gelaran puncak yang digelar di Benteng Vastenburg, Rabu malam, akan menampilkan pertunjukan kesenian dari Sanggar Sarwi Retno Budaya, Sanggar Pacet Melar Etnic Music Community, Kelompok Karawitan Paguyuban Putra Putri Solo, Kelompok Tari SD Banjarsari, dan Kelompok Dolanan Anak Baluwarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya