SOLOPOS.COM - Ilustrasi pergelaran wayang kulit. (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, GIANYAR — Festival Wayang Internasional digelar di Rumah Topeng dan Wayang Ubud, Gianyar, Bali Minggu-Jumat (22-27/9/2013). Festival itu diharapkan mampu memopulerkan kembali wayang yang kini terpinggirkan melalui medium baru dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Swasta nasional seperti PT Bank Central Asia (BCA) bahkan menjanjikan dukungan atas pengembangan wayang gaul setelah festival itu digelar.

Komisaris PT BCA Cyrillus Haribowo mengatakan wayang perlu dikemas sesuai dengan kekinian agar lebih gampang diterima masyarakat masa kini terutama generasi muda. “Dulu wayang dikenal sebagai media setrategis untuk pendidikan budi perkerti, ini bagian dari pembentukan karakter bangsa, sarat pesan moral, dan bisa tampil jenaka,” katanya saat hadir dalam Festival Wayang Internasional, Senin (23/9/2013).

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Festival Wayang Internasional itu diikuti pakar dan pelaku seni pewayangan dari 10 negara, yakni Jepang, Iran, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Myanmar, Amerika Serikat, Belanda, Republik Chez, dan Indonesia. Cyrillus dalam kesempatan itu pun menegaskan komitmen BCA mendukung berbagai upaya mengemas wayang dengan lebih gaul, misalnya dengan dibuat komik, animasi, digitalisasi, dan dokumenter seperti yang dilakukan bank ini bersama sebuah stasiun televisi.

Secara spontan Cyrillus yang hadir bersama Sekretaris Perusahaan BCA Inge Setiawati bahkan berjanji membantu mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang kesulitan perangkat digital untuk membuat animasi wayang. “Dukungan kami terhadap perkembangan budaya Indonesia khususnya wayang akan terus kami lakukan. Ini merupakan bagian dari kegiatan sosial Bakti BCA dalam bidang budaya,” ujarnya.

Sementara itu, pakar wayang dari Malaysia Prof. Dato’ Dr Ghulam-Sharwar Yousof mengusulkan Rumah Topeng dan Wayang dijadikan pusat riset internasional tentang wayang antarbangsa untuk lebih memopulerkan wayang yang kian kurang peminat. Dia pandang perlunya pengkajian khazanah wayang secara mendalam untuk memetik pengetahuan yang mampu membentuk karakter manusia yang lebih kreatif dan bermartabat.

“Filipina berhasil menciptakan wayang baru meskipun tidak memiliki akar wayang dalam tradisi dan budaya masyarakatnya. Wayang bisa dikembangkan untuk tujuan lain yang lebih luas,” kata gurubesar Universitas Islam Internasional Malaysia itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya