SOLOPOS.COM - Ilustrasi kesenian tayub (JIBI/Solopos/Antara/Dedhez Anggara)

Solopos.com, SEMARANG — Aktor kawakan Pong Harjatmo tengah bersiap membuat film tentang tayub, kesenian tari khas yang banyak dijumpai di Jawa, terutama kawasan pesisir Pulau Jawa. Film itu dijadwalkan rampung sebelum Pemilu 2014.

“Kami sedang melakukan casting, ya, hunting juga di berbagai daerah, mulai Semarang, Salatiga, Solo, Sragen, Demak, Kudus, Pati, Jepara, Rembang, dan Blora,” katanya di sela-sela jumpa pers film Kembang Tayub di Semarang, Kamis (5/12/2013) malam.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Film yang bakal disutradarainya sendiri itu rencananya mengambil lokasi syuting di sejumlah daerah lokasi kesenian tayub itu banyak berkembang. Beberapa daerah yang sudah disurvei sebagai lokasi syuting antara lain Pati, Rembang, dan Blora.

Ia mengakui jadwal pembuatan film yang didukung oleh Persatuan Rakyat Desa (Parade) Nusantara, ormas yang beranggotakan masyarakat dan perangkat desa itu, memang belum dipastikan, tetapi harus rampung sebelum Pemilu 2014. “Sekarang kan masih musim hujan, kami masih hunting juga lokasi [syuting], seperti rumah dalang, rumah penari tayub top, mana yang cocok nanti. Namun, memang sebelum pemilu nanti sudah selesai [pembuatan] filmnya,” katanya.

Meski film yang menceritakan tentang dinamika kehidupan penari tayub itu, dibuat mendekati pelaksanaan Pemilu 2014, kata Pong, hal itu tidak ada kepentingan atau tujuan politik tertentu yang mendasari pembuatan film tersebut. Ditanya kaitan dengan Ketua Umum Parade Nusantara Sudir Santoso yang kebetulan maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), ia mengatakan boleh saja ada yang beranggapan seperti itu meski sebenarnya tidak berkaitan.

“Ya, kebetulan Pak Sudir asli Pati yang terkenal dengan kesenian tayub. Tidak ada hubungannya itu [politik]. Ini [film] menceritakan kenyataan kok, tidak ada muatan politis, dipolitisir, pesenan. Enggak lah,” katanya.

Selain itu, ia juga mengungkapkan bahwa film itu juga ingin mengangkat tentang aspek positif tayub sebagai bagian kebudayaan nusantara, mengingat selama ini kerap dilekatkan dengan hal negatif, seperti mengumbar sensualitas dan pesta minuman keras. “Sekarang, orang bersyukur panennya berhasil, ingin nyunatin anaknya, menikahkan anaknya dengan ngundang tayub gak boleh? Kalau kemudian ada orang minum-minum [mabuk] di mana saja bisa, bukan hanya di tayub,” kata Pong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya