SOLOPOS.COM - Poster Film Gangster (Istimewa)

Film baru Gangster garapan sineas Indonesia meluncur di bioskop Tanah Air.

Solopos.com, SOLO – Film baru yang mengambil cerita tentang gangster telah dibuat di berbagai negara di dunia. Bahkan, film itu kerap menjadi andalan di kalangan produksi film Hollywood. Sineas Indonesia melalui rumah produksi Starvision pun ikut membuat film Gangster yang ditayangkan di bioskop mulai 27 Agustus 2015 lalu.

Promosi Pemilu 1955 Dianggap Paling Demokratis, Tentara dan Polisi Punya Partai Politik

Film ini menceritakan tentang Jamroni (Hamish Daud) yang menjadi preman kampung pasar sapi di sebuah desa yang ada di lembah Gunung Merapi, Jogja. Sejak kecil, ia memiliki angan-angan untuk menjaga Sari (Eriska Rein) dan bisa merajut kehidupan bersamanya. Sari selalu menjadi penyemangat hidupnya, saat Jamroni mendapat perlakukan kasar dari ayah dan ibunya.

Bahkan, Jamroni sering dihukum ayahnya, Tohari (Gunawan Maryanto), di kandang kambing dan tidak boleh masuk ke rumah. Namun, tempat itu bukan menjadi momok untuknya, tetapi malah menjadi tempat Jamroni belajar silat secara otodidak. Suatu hari, saat ia sedang berkelahi dengan beberapa begal di pasar, muncul kesalahpahaman dengan Juragan Sapi (Dede Yusuf). Jamroni pun harus menghadapi anak buah Juragan Sapi dengan kemampuan silatnya.

Ia pun menjalani kehidupan sebagai preman pasar dengan sabar, sampai suatu saat ayah Jamroni, Tohari, sekarat karena sakit. Sebelum meninggal, Tohari mengungkapkan jika Jamroni bukan anak kandungnya. Selain itu, Tohari juga memberikan setumpuk surat dari Sari yang disitanya.

Suatu ketika, impian Jamroni pudar saat orang tua Sari membawa Sari ke Jakarta. Jamroni pun berusaha mencari Sari ke Jakarta, dan di kota itulah ia memulai petualangannya hingga membawanya ke nasib yang berbeda. Selain mencari Sari, Jamroni juga mencari orang tua kandungnya yang mungkin masih hidup.

Kerasnya kehidupan di Jakarta membuatnya harus menghadapi gerombolan organisasi massa (ormas) saat ia tidak sengaja bertemu dengan seorang gadis. Perempuan yang bernama Retta (Nina Kozok) itu melarikan diri dari rumahnya. Sikap Jamroni yang berani tetapi polos membuat Retta selalu membutuhkan Jamroni untuk melindunginya. Sebab, Retta selalu diburu oleh ormas itu.

Retta pun bercerita kepada Jamroni jika saat itu ia kabur dari rumah karena Hastomo (Agus Kuncoro) melakukan perjanjian bisnis dan menjodohkannya dengan adik Amsar (Dwi Sasono). Amsar merupakan ketua ormas paling berpengaruh di Jakarta. Perkenalan singkat antara Retta dan Jamroni itu membuat keduanya diburu anak buah Amsar. Banyaknya kaki tangan yang tersebar di berbagai penjuru wilayah, mengancam keselamatan Jamroni dan Retta.

Sampai suatu saat keduanya bertemu dengan pembunuh berdarah dingin, Sueb (Ganindra Bimo). Retta yang tidak ingin membahayakan nyawa Jamroni, memutuskan untuk pulang dan memperkenalkan Jamroni sebagai calon suaminya. Namun, sebelum itu, Retta mendandani Jamroni agar tidak berpenampilan seperti preman pasar.

Hastomo yang khawatir dengan keadaan Astuti (Dominique Sandra), istrinya yang sakit-sakitan karena rindu dengan Retta, akhirnya melunak dan mengizinkan Retta bertunangan dengan Jamroni. Amsar yang mengetahui kabar tersebut merasa dipermalukan harga dirinya. Amsar pun menuduh Hastomo melanggar perjanjian dan menyulut bara permusuhan.

Ia lalu mengerahkan anak buahnya menyerbu rumah Hastomo. Bahkan, Hanna (Kelly Tandiono), tangan kanan Amsar disuruh menjemput Bang Jangkung (Yayan Ruhian). Bang Jangkung adalah pembunuh bayaran Amsar yang paling lihai. Tapi, sebelum bertemu dengan Bang Jangkung, Hanna yang merupakan mantan pacar laki-laki itu harus berhadapan dengan pacar baru Bang Jangkung yang diperankan Dian Sastrowardoyo.

Puncaknya, Jamroni harus menghadapi Bang Jangkung. Saat itu, Jamroni tiba-tiba sadar jika ia hanya dimanfaatkan Retta. Ia pun berpikir apakah benar-benar mencintai Retta dan berhenti mencari serta melupakan Sari. Pergulatan batin Jamroni pun dipertaruhkan dalam akhir cerita ini.

Menurut salah satu warga Solo yang sudah menonton film itu, Indra, film berdurasi 98 menit tersebut diwarnai teknik bela diri yang ada di Indonesia salah satunya Pencak Silat. “Meskipun sepanjang filim ini menegangkan karena selalu menampilkan adegan laga, ada bumbu komedi di beberapa bagian sehingga bisa menjadi hiburan tersendiri. Seperti saat Yayan Ruhiyan menerima telepon dari seorang perempuan dan ia meminta lawannya menunda perkelahiannya,” katanya kepada Solopos.com, Senin (31/8/2015).

Sementara itu, animo masyarakat akan film laga Indonesia cukup tinggi. Marketing Executive Platinum Cineplex Hartono Mall Solo Baru, Danang Prabowo, mengatakan penonton film Indonesia sekitar 100 orang per hari dari total kapasitas 160 kursi. “Kami tetap berupaya mendukung perkembangan film Indonesia agar semakin dicintai masyarakat,” tuturnya, Senin.

Film tersebut dapat disaksikan di Grand 21 Solo Grand Mall, pukul 12.00 WIB, 14.10 WIB, 16.20 WIB, 18.30 WIB, dan 20.40 WIB. Serta di Platinum Cineplex Hartono Mall pukul 14.55 WIB dan pukul 19.20 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya