SOLOPOS.COM - Ahmad Halim Yulanto (tengah), sutradara film Dari Titik Nol, saat menggelar diskusi film di Ruang Seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Solo, Senin (24/6/2013) sore. (Mahardini Nur Afifah/JIBI/SOLOPOS)


Ahmad Halim Yulanto (tengah), sutradara film Dari Titik Nol, saat menggelar diskusi film di Ruang Seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Solo, Senin (24/6/2013) sore. (Mahardini Nur Afifah/JIBI/SOLOPOS)

Senja menjelang. Tiga orang tuna netra tampak memainkan alat musik gitar, keyboard dan drum di aula Balai Rehabilitasi Bakti Candrasa. Sesekali tawa teman-teman sesama tunanetra mengiringi kebahagiaan mereka sore itu. Bersama, mereka larut dalam kebahagian melepas segala penat setelah seharian menuntut ilmu.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Dengan segala keterbatasan, mereka bisa menghibur diri mereka sendiri dan juga orang lain.”

Suara narator perempuan di film Dari Titik Nol memberikan gambaran bagaimana kehidupan para penyandang tunanetra yang tinggal di sebuah yayasan yang terletak di bilangan Jongke, Laweyan, Solo.

Film berdurasi 60 menit ini menggambarkan dokumentasi kegiatan harian puluhan orang yang tinggal di Balai Rehabilitasi Bakti Candrasa. Kegiatan diawali dengan kebersamaan lewat ritual makan pagi, dilanjutkan dengan kegiatan sekolah seperti upacara, olahraga, kegiatan belajar dan kegiatan melepas penat dengan agenda bermain musik.

Dalam film yang direkam dengan kamera telepon seluler ini, kemandirian sejumlah tuna netra tergambar jelas dari keseharian mereka. Film dokumenter karya perdana lima penyandang tuna netra dari Balai Rehabilitasi Bakti Candrasa ini diputar di Ruang Seminar Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS Solo, Senin (24/6/2013) sore.

Aspek garap teknis masih alpa dari konsep penggarapan sutradara dan kru film. Gambar yang diambil dengan teknik handheld ini tampak goyang di sejumlah bagian. Teknik zooming gambar juga belum tergarap sempurna. Meskipun demikian, film ini banjir tepuk tangan dari dua puluhan penonton dari Komunitas Musik dan Film FSSR UNS Solo yang menyaksikan pemutara film tersebut.

“Lepas dari aspek teknis, film ini keren banget karena dibuat oleh kru yang semuanya tunanetra,” ungkap Mahasiswi Jurusan Sastra Arab FSSR UNS Solo, Annisa Dewi, 20, ketika ditemui Solopos.com selepas pemutaran film.

Sutradara film Dari Titik Nol, Ahmad Halim Yulianto, mengutarakan dibutuhkan waktu satu tahun untuk menyelesaikan film yang menelan dana Rp4 juta ini.

“Kami menggarap bersama enam teman tunanetra kami sebagai kru utama. Awalnya film ini berangkat dari keisengan kami yang senang mengabadikan momen di balai. Lalu ada yang menyarankan membuat film. Tadinya kita buat film ini tanpa naskah. Lalu kami mulai garap dengan naskah. Dengan pengalaman bikin film nol, dibantu teman-teman lain film ini akhirnya jadi,” katanya.

Lewat film garapan perdananya ini, lelaki yang akrab disapa Yulianto ini ingin menyuarakan tuna netra mampu hidup secara mandiri dan bisa memotivasi penyandang tuna netra yang lain untuk bisa berkarya bagi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya