Entertainment
Selasa, 23 Desember 2014 - 23:50 WIB

FILM INDIE : Derita Jathilan Versus Gangnam Style

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana saat pemutaran perdana film 'Broto Laras' di Omah Bejo, Senin (22/12/2014) siang. (JIBI/Harian Jogja/Arief Junianto)

Film indie yang digawangi cerpenis Arif Kurnia Rahman berjudul Broto Laras berkisah tentang pergulatan melestarikan budaya jawa di tengah gempuran budaya asing.

Harianjogja.com, JOGJA-Ironi yang melanda seni dan budaya Jawa kerap menjadi landasan berpikir para insan kreatif dalam menyuarakan gagasan dan kritiknya. Tak terkecuali 15 orang yang tergabung dalam Dini Media Pro, Get Picture, dan Sekawan Film. Dikomandani oleh Arif Kurnia Rahman, mereka memproduksi sebuah film fiksi pendek berjudul Broto Laras.

Advertisement

Film berdurasi 10 menit yang menjadi runner up dalam festival film indie di sebuah stasiun televisi swasta itu memang secara khusus menyoroti nasib Jathilan yang kian terpinggirkan oleh derasnya arus budaya luar negeri. Mengambil setting kehidupan Broto Laras, sebuah kelompok seni jathilan asal Muntilan yang karya-karya mereka kian kalah bersaing dengan karya-karya dance dari luar negeri, seperti misalnya Amerika dan Korea.

Dalam film yang diadaptasi dari cerpen karya Arif Kurnia Rahman sendiri dengan judul yang sama, seorang ayah yang merupakan seorang  pemain jathilan mendadak harus dipusingkan dengan permintaan putrinya. Dalam film itu, putri sang ayah menginginkan agar ayahnya mencarikan uang sebesar Rp300.000 untuk keperluan pembayaran biaya les dance Korea.

Guna memenuhi permintaan buah hatinya yang beranjak remaja itu, Sang Ayah pun bekerja keras. Lantaran satu-satunya keterampilan yang ia miliki adalah menari Jathilan, maka untuk mencari uang itu pun, ia harus menari Jathilan di setiap perempatan jalan. Namun, sutradara muda M. Fatoni dengan cerdas mengemas film pendek itu menjadi lebih dramatis. Terlebih di akhir cerita, ia menampilkan putri Sang Ayah dengan antusias tengah menirukan gerakan Gangnam Style, sebuah tarian asal Korea Selatan yang sempat terkenal beberapa tahun silam.

Advertisement

Awalnya, Sang Ayah menduga putrinya tengah memeragakan gerakan mencambuk seperti yang biasa diperagakannya ketika menari jathilan. Namun, setelah kamera bergerak perlahan ke arah televisi yang yang tengah menayangkan sebuah pentas tari, maka terlihat bahwa putri dari Sang Ayah itu tengah menirukan gerakan dari pentas tari Gangnam Style.

Tak hanya itu, cerita kian dramatis ketika film menampilkan tokoh istri dari Sang Ayah yang seolah-olah tengah mempersiapkan kostum tari jathilan yang biasa dilakukannya dahulu sesaat sebelum pentas jathilan digelar.

“Tapi ternyata, sang istri bukan menyiapkan kostum seperti yang disangkakan oleh Sang Ayah. Lebih dari itu, sang istri justru mengikat kostum itu untuk kemudian dijual di tukang rongsok,” tutur Arif Kurnia Rahman kepada wartawan saat menggelar jumpa pers peluncuran film ‘Broto Laras’ di Omah Bejo, Senin (22/12/2014) siang.

Advertisement

film yang diproduksinya selama dua pekan dengan mengambil lokasi syuting di Gunungkidul itu akan diputarnya secara road show di 10 kampus yang ada di Jogja. Sebagai tahap awal, pihaknya akan memutarnya untuk pertama kali di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Jogja akhir bulan ini. Diakuinya, film ‘Broto Laras’ sendiri merupakan hasil produksinya yang ketiga setelah ‘Kain Bendera’ dan ‘Sedekah Akiong’. Memang, filmketiganya kali ini memiliki tema yang tidak begitu jauh berbeda dengan kedua film sebelumnya.

“Yakni lebih ke kritik budaya,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif