Film Mars berkisah tentang perjuangan ibu membesarkan anaknya di tengah keterbatasan.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Mars yang sedianya syuting di Gunungkidul merupakan film yang diadaptasi dari novel dengan judul sama karya Aishworo Ang.
Film ini bercerita tentang perjuangan seorang ibu bernama Tupon dalam membesarkan anak perempuannya, Sekar Palupi, di tengah keterbatasan yang ia miliki. Perjuangan keras hingga kesuksesan dan impian dapat diraih oleh sang anak.
Pasrah pada keadaan dan menyerah adalah pilihan terakhir. Film ini berlatar belakang kehidupan keras yang penuh derita di sebuah desa di Gunungkidul, yang terkenal memiliki angka bunuh diri tertinggi di Indonesia. Ibu dan anak itu pun bertekad, mengguratkan jalan cerita berbeda yang berakhir bahagia.
Meski buta huruf, sang Ibu selalu menanamkan arti penting pendidikan pada anak perempuannya sejak masih kecil. Ia ingin, nasib anak perempuannya berbeda dan menjadi bintang yang paling terang bersinar di malam hari, mengalahkan cahaya bintang yang lain di sekitarnya. Sang Ibu menyebutnya lintang lantip (bintang yang cerdas) yang ternyata merupakan planet Mars.
Dongeng mengenai Mars ini yang membakar semangat sang anak dan terus menemaninya meraih impian menjadi sang “lintang lantip” yang paling bersinar di malam hari. Seperti kisah sang Ibu di masa kanak-kanaknya. Keberanian untuk bermimpi dan kerja keras untuk mewujudkannya tak pernah sia-sia.
Produser film Mars Andy Shafik mengungkapkan sebelum memulai proses syuting, kru telah melakukan persiapan selama enam bulan. Ada beberapa lokasi syuting yang diambil yakni Desa Bleberan, Kecamatan Playen dan Pantai Krakal, Ngestirejo, Tanjungsari.
“Setelah syuting di Gunungkidul, kami juga akan syuting di Jogja kemudian dilanjutkan di London,” ujar dia kepada wartawan usai launching pembuatan film Mars di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Selasa (6/1/2015) malam.