Entertainment
Selasa, 21 Januari 2014 - 03:50 WIB

FILM SOEKARNO : Rachmawati Tolak Film Soekarno Karena Peran Soekarno Tak Menonjol

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Adegan film Soekarno: Indonesia Merdeka (officialfilmindonesia.com)

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Dewan Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menuding film Soekarno: Indonesia Merdeka tidak sesuai fakta karena peran Sutan Syahrir dalam film itu ditunjukkan lebih menonjol ketimbang ayahandanya. Ia lalu menuding film itu layak dicegah dan ditangkal (cekal).

Demi mencekal film itu, ia pun meminta tolong kepada Komisi III DPR membantunya. “Saya berharap Komisi III bisa mendorong pemerintah agar film ini ditarik dan ditetapkan terlarang untuk diedarkan,” ujarnya di kompleks perkantoran DPR, Senayan, Jakarta, Senin (20/1/2014).

Advertisement

Menurut dia, skenario film tersebut telah melecehkan dan mendiskreditkan sosok Soekarno. “Film ini memakai label Soekarno, tapi intinya membunuh karakter Soekarno,” katanya.

Dengan skenario semacam itu, Rachma mengaku khawatir masyarakat akan salah memahami sejarah setelah menonton film tersebut. Dalam film itu, tuding dia, peran Sutan Syahrir lebih ditonjolkan sebagai pahlawan, sedangkan Bung Karno dianggap hanya sebagai boneka Jepang.

Advertisement

Dengan skenario semacam itu, Rachma mengaku khawatir masyarakat akan salah memahami sejarah setelah menonton film tersebut. Dalam film itu, tuding dia, peran Sutan Syahrir lebih ditonjolkan sebagai pahlawan, sedangkan Bung Karno dianggap hanya sebagai boneka Jepang.

Rachmawati juga keberatan dengan adegan Bung Karno yang mencarikan wanita penghibur untuk tentara Kempetai Jepang. Ia juga menyayangkan adegan pada saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang tidak menampilkan peran perjuangan Soekarno dalam mempersiapkan kemerdekaan.

“Saat adegan perumusan naskah proklamasi, terkesan Bung Karno hanya sekadar jadi juru tulis bukan tokoh sentral pergerakan kemerdekaan,” katanya.

Advertisement

Dikatakannya, Rachma sebagai pemilik hak cipta pada film tersebut telah mengundurkan diri dari perjanjian kerja sama produksi film antara PT Tripar Multivision dan Yayasan Pendidikan Soekarno.

Setelah kerja sama diputus, pihak Hanung tetap melanjutkan produksi film tanpa seizin Rachma dan tidak lagi mencantumkan Rachma sebagai pencipta. Penyimpangan lainnya, menurut dia, film tersebut malah lebih menonjolkan sisi komersil daripada sisi sejarahnya.

“Film ini beranjak menjadi menonjolkan komersil dan bisnis, padahal semula tujuannya sebagai film sejarah tentang kemerdekaan RI,” kata Leonard.

Advertisement

Sementara itu, Hanung Bramantyo pada 19 Desember 2013 sebagai sutradara membantah bila film “Soekarno: Indonesia Merdeka” merupakan pencurian ide Rachmawati Sukarnoputri.

Dia menegaskan, ide film itu bukan ide perorangan melainkan kelompok. “Jadi tidak berhak orang tertentu mengklaim ini idenya dia,” ujarnya di Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) pada Kamis (19/12/2013) malam.

Menurut Hanung, pemilihan jalan cerita film yang kini sudah diputar di bioskop itu adalah hasil skenario garapan Ben Sihombing. Ia menambahkan, diskusi awalnya dengan Rachmawati memilih cerita Hari-Hari Terakhir Soekarno, dan bukan Soekarno: Indonesia Merdeka.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif