SOLOPOS.COM - Salah satu adegan dari film pendek "Mengapa Harus Berpindah?" yang diproduksi Forum Batu Tulis Nusantara. (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Salah satu adegan dari film pendek "Mengapa Harus Berpindah?" yang diproduksi Forum Batu Tulis Nusantara. (JIBI/Harian Jogja/MG Noviarizal Fernandez)

Pangan lokal menjadi salah satu isu penting di Negeri ini. Makanan asing yang membanjiri aneka restoran, perlahan menempatkan panganan lokal khas Negeri ini di luar gelanggang dan terpinggirkan.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Berangkat dari kondisi itulah, Forum Batu Tulis Nusantara, sebuah komunitas pemuda perantau yang kebanyakan beranggotakan mahasiswa dari Nusa Tenggara Timur (NTT) mengangkat isu tersebut dalam sebuah film pendek dengan judul Mengapa Hari Berpindah?.

Secara garis besar, film itu bermula ketika sekelompok kaum muda menggelar kegiatan perkemahan. Setelah mengikuti rangkaian acara, tibalah saatnya untuk beristirahat, sekaligus menikmati santap siang dengan dua menu utama, burger dan singkong.

Sebagian besar dari peserta kegiatan perkemahan itu tanpa ragu langsung menyantap burger. Sementara sisanya memilih mengonsumsi singkong. Di tengah asyiknya menikmati makan siang itu, tiba-tiba kelompok penggemar burger “seperti” tersentak, kemudian perlahan memilih singkong yang merupakan salah satu panganan lokal khas Indonesia.

Dalam launching sekaligus diskusi film tersebut yang bertempat di Kafe Jointa, Nologaten, Caturtunggal, Depok, akhir pekan lalu Freddy Oki, sang sutradara mengungkapkan film tersebut bukanlah sebuah kritikan atas pangan impor, tapi sebuah bentuk penyadaran bahwa ada sesuatu yang bisa menjadi pilihan.

“Mau pilih yang lokal atau impor itu ada di tangan penonton,” ujarnya.

Meski menjadi alat penyadaran, film ini tidak lepas dari kritik. Adegan demi adegan sangat miskin dialog yang mampu membangun konstruksi cerita. Buntutnya, setiap penonton terkesan liar menginterpretasikan apa sebenarnya tujuan akhir dari film ini.

Freddy memaklumi hal tersebut lantaran semua yang terlibat dalam kegiatan itu masih sangat awam dalam proses pembuatan sebuah film pendek. Akan tetapi menurutnya film ini menjadi pemicu bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa untuk belajar memvisualisasikan ide-ide menjadi suatu pesan kepada masyarakat.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya