SOLOPOS.COM - Salah satu konser Something Wrong (IST)

Salah satu konser Something Wrong (IST)

Sejak kemunculannya pada 1997, konsep musik Something Wrong tidak berubah. Mereka tetap pengusung musik hardcore.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Pada saat remaja era 1990-an mulai berkepala tiga sampai empat, Something Wrong tetap memiliki penggemar remaja karena sampai saat ini masih eksis konser di pertunjukan musik.

Penggemar musik cadas terutama di Jogja tentu mengenal nama Something Wrong. Band yang dibentuk pada 2 September 1997 ini merupakan salah satu band yang hingga detik ini masih eksis dan tetap konsisten dengan jalur musik beraliran hardcore. Suatu capaian prestasi tersendiri terlebih saat ini berbagai aliran musik terutama boyband tengah menjadi primadona industri musik di Indonesia.

Saat ditemui Harian Jogja belum lama ini, band yang bermarkas di kantor Shaggy Dog, Jl Nogosari 18, Pateham, Kraton, ini mengungkapkan perasaan saling memiliki untuk membesarkan band merupakan salah satu kunci mereka bisa bertahan hingga sekarang.

“Selama hampir satu dekade kami hampir tidak ada rintangan. Kalau ada pergantian pun itu lantaran personel kami meninggal dunia. Kami satu sama lain merasa punya kewajiban untuk menjaga band ini jadi sekecil apapun masalah kami selalu diskusikan,” ujar Wahyu Dwi Handoko alias Hendi gitaris Something Wrong.

Band yang beranggotakan Bagus Hermanu alias Kucing (vokal), Agus Minarti alias Seto (drum), Wahyu jatmiko alias Sutik (bass), Wahyu Dwi Handoko alias Hendi (gitar), Triono Agus Santoso alias Trex (gitar) ini mengungkapkan konsistensi mereka selama hampir 14 tahun dalam memainkan musik hardcore lantaran telah menjadikan itu sebagai bentuk refreshing mereka dalam mengusir penat menjalani aktivitas sehari-hari.

Maklum saja, selain sibuk bermain band, masing-masing personel juga memiliki kesibukan lainnya. Sutik misalnya, basis Something Wrong ini memiliki usaha sampingan sebagai pemilik kedai kopi luwak di Jogja, selain itu Kucing yang juga piawai melukis menjadikan hobinya itu untuk mendatangkan uang tambahan. Adapun Hendi bekerja sebagai kru Shagy Doog. “Pokoknya begitu ada masalah begitu main band langsung terobati,” timpal Trex

Oleh karena itu, mereka tidak bergeming sedikitpun untuk mengubah aliran musik yang telah diusung kendati saat ini berbagai aliran musik tengah menjamur di Jogja. Bahkan banyak orang telah menjadikan musik itu bagai gaya hidup yang melekat di kehidupan sehari-hari. Kendati telah menjadikan hardcore sebagai gaya hidup, bukan berarti band tersebut terus tampil urakan.

Kucing, sang vokalis menjelaskan tidak banyak orang yang tahu bahwa salah satu pionir band hardcore yakni Minor Threat telah menyebarkan paham yang dinamai Straight Edge. Paham ini, kata dia, merupakan suatu ajakan kepada penggemar hardocere untuk menjauhi minum-minuman keras, alkohol serta seks bebas.” Tidak banyak orang yang tahu bahwa aliran hardcore mengajak untuk hidup sehat,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya