Entertainment
Jumat, 15 April 2016 - 20:04 WIB

INDUSTRI KREATIF SOLO : Kolaborasi Eka Gustiwana, Animasolo Bikin Versi Di Situ Kadang Saya Sedih

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Animasolo Di Situ Saya Kadang Sedih (Youtube)

Industri kreatif Solo makin menata diri.

Solopos.com, SOLO — Komunitas Animasolo membuat versi animasi video lagu Di Situ Saya Kadang Sedih yang merupakan karya Eka Gustiwana.

Advertisement

Diunggah di Youtube, video tersebut menurut Ketua Komunitas Animasolo, Doni Purwosulistio bermula dari iseng.

“Ya awalnya cuma mau ngerjai dia [Eka Gustiwana] aja. Ada satu karakter yang menurut saya sangat menarik. Satu karakter dengan atribut yang sangat lokal, yaitu polisi,” ujar Doni sesaat setelah sharing dan diskusi produk animasi di Pasar Kreatif (Pakem) Solo yang berlokasi di lantai II Pasar Kembang Solo, Kamis (14/4/2016) malam.

Advertisement

“Ya awalnya cuma mau ngerjai dia [Eka Gustiwana] aja. Ada satu karakter yang menurut saya sangat menarik. Satu karakter dengan atribut yang sangat lokal, yaitu polisi,” ujar Doni sesaat setelah sharing dan diskusi produk animasi di Pasar Kreatif (Pakem) Solo yang berlokasi di lantai II Pasar Kembang Solo, Kamis (14/4/2016) malam.

Awal mula kerja sama tersebut memang dari ide iseng-iseng yang mengangkat lokalitas. Tak hanya dengan Eka Gustiwana, Doni mengaku sudah beberapa kali mengerjakan project serupa dengan sejumlah artis papan atas Tanah Air.

Saat ditanya lebih lanjut, Doni hanya tersenyum simpul, enggan berkata lebih lanjut. Dia sempat menunjukkan sekilas beberapa karya animasi untuk artis yang dibuat animator Solo. Ke depan, proyek yang direncanakannya sedikit banyak akan mengangkat lokalitas Kota Solo, yang ketika orang melihat, orang akan tahu bahwa itu adalah Solo.

Advertisement

Kiprah animator lokal Kota Solo sejatinya tak kalah dengan mereka yang sudah memiliki nama. Banyak jebolan komunitas animasi Kota Solo, Animasolo yang terlibat di pembuatan animasi di stasiun TV swasta, seperti Adit dan Sopo Jarwo. Namun sayang, nama mereka tak muncul karena terikat prosedur kontrak dengan industri besar.

Dia mengatakan perkembangan animasi Kota Solo sementara ini memang masih didominasi animator yang bermain di ranah lokal, dengan proyek-proyek skala kecil. Industri teknologi informasi di Kota Solo pun masih sangat minim. Rata-rata, pelaku dan pasar  animasi masih berpusat di kota-kota besar.

“Kami cenderung melempar produk ke kota besar, seperti Jakarta. Bahkan [animator] Jogja sekalipun, mereka juga pasarnya di Jakarta.”

Advertisement

Diakui Doni, dirinya pernah mendapat tawaran untuk membuat animasi dari sebuah perusahaan lokal Solo juga pemerintah Kota Solo. Sayangnya, mereka tidak memiliki posisi tawar. “Ada yang pernah datang, mau bikin animasi ke saya, tapi harga yang ditawarkan sangat rendah. Biaya produksinya saja sudah tidak mencukupi, tidak masuk akal,” imbuh dia.

Produk animasi mereka jauh lebih dihargai di luar Kota Solo. Bicara soal tawaran, Doni berujar ada banyak tawaran, bahkan dari luar negeri sekali pun. Namun, dia sengaja menolak dengan alasan menjaga kualitas. Menurutnya, sukses pembuatan produk animasi ada pada kerja tim. Saat mendapat tawaran dari luar negeri, dirinya belum memiliki tim seperti tim yang saat ini ada.

Diakuinya, potensi sumber daya yang dimiliki Kota Solo sebenarnya sudah cukup memiliki kapasitas untuk naik kelas ke animator industri. Hanya saja, belum banyak yang benar-benar memiliki totalitas dalam menekuni passion di bidang ini.

Advertisement

“Ada banyak potensi, tapi benar-benar serius untuk “naik kelas”, itu yang masih sulit. Setiap kali mengajak masyarakat untuk bergerak bersama, saya selalu menekankan bahwa ini adalah kerja bersama untuk kepentingan kita bersama,” imbuh dia.

Soal menciptakan pasar, dirinya mengatakan hal pertama yang harus dilakukan adalah menaikkan grade SDM, untuk mendongkrak nilai tawar. Seorang animator tidak boleh cepat puas, harus haus pendidikan, dan haus pengetahuan yang memperkaya.

Segmentasi pasar animasi sangat luas, bisa arsitektural, kesehatan, penyuluhan, dan lain sebagainya. Bicara soal seberapa berdaya animator Kota Solo untuk mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri dengan industri film besar, dia mengatakan kurikulum Animasolo telah disesuaikan dengan kebutuhan untuk menumbuhkan sektor industri kreatif.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif