SOLOPOS.COM - Prisa Sebastian (kanan) dan Terje Moe Hansen, pelatih Workshop Violin Master Class memainkan biola di Teater Besar, Institut Seni Indonesia (ISI), Solo, Kamis (12/12/2013). (JIBI/Solopos/Ardiansyah Indra Kumala)

Solopos.com, SOLO — Ahli Pedagogi dan Guru Besar dari Norwegian Academy of Music, Prof. Terje Moe Hansen dan peneliti di bidang musik asal Norwegia, Lars Christian Olaussen, memberikan coaching clinic master class biola di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Kamis (12/12/2013) petang. Hansen memberikan contoh sejumlah teknik improvisasi agar permainan alat musik gesek ini tak monoton.

Sebelum unjuk kemampuan, pemain biola muda Kafka Ibram, 12, terlebih dahulu unjuk kemampuan di depan para pakar musik dari Norwegia ini. Selepas Kafka membawakan satu komposisi, giliran tiga mahasiswa Jurusan Karawitan ISI Solo yang tampil membawakan kolaborasi antara musik barat dan timur.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Prisa Sebastian membawakan rapertoar berjudul Nafasku. Jamming spontan ini tampil unik dengan tambahan instrumen gender penerus yang dibawakan Madya dan gender barung yang dibawakan Iswanto. Selama kurang lebih 15 menit, Prisa dan dua rekannya membuat kolaborasi spontan yang sarat distorsi.

Selepas menyimak penampilan Kafka dan Prisa, Hansen yang datang untuk melihat perkembangan musik tradisional di Solo, tergerak memberikan penilaian sekaligus contoh permainan biola ala maestro. Meskipun teknik dasar bermain biola keduanya dinilai sudah baik, permainan Kafka dan Prisa masih dianggap monoton. Keduanya masih terpaku membuat bunyi dengan cara menggesek alat musik bersenar empat ini.

Hansen dengan terampil kemudian menunjukkan aksi memberi warna dalam permainan biola. Salah satunya dengan membalik alat musik ini, kemudian mengetuk-ngetukkan bagian belakangnya. Dengan ketukan yang disusun ritmis, biola bisa menghasilkan suara baru. Di sisi lain, Hansen juga turut memberikan teknik gesekan ala suara burung. Suara yang dihasilkan bisa memberikan wacana baru dari sekadar menggesek bagian leher biola.

Untuk menjadi master seperti dirinya, Hansen mengaku dirinya mulai belajar sejak usia sembilan tahun. “Tapi usia segitu sudah sangat terlambat. Seharusnya diawali saat usia tiga tahun atau empat tahun. Dengan latihan intensif selama lima jam atau enam jam sehari, bisa melahirkan kepekaan,” terangnya kepada peserta pelatihan.

Hansen mengaku senang dengan kedatangan pertamanya di Indonesia. Terutama menyaksikan kolaborasi permainan kolaborasi musik barat dan timur. “Biola pada dasarnya merupakan alat musik yang sangat luwes. Mampu menembus semua instrumen. Sangat menarik sekali melihat kemungkinan kolaborasi dengan alat musik lain, termasuk instrumen tradisional,” urainya.

Selain menggelar pelatihan gratis bagi masyarakat, Hansen juga berencana menggelar kolaborasi spontan dengan pertunjukan wayang di Sanggar Sarotama, Jumat (13/12/2013) malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya