SOLOPOS.COM - Maestro keroncong Hj Waldjinah didampingi keluarga memotong kue saat peringatan hari ulang tahunnya yang ke-70 di Atria Resto & Lounge Solo, Sabtu (7/11/2015) malam, Acara tersebut dihadiri oleh seniman dan tokoh masyarakat se-Soloraya. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Kabar artis ini terkait perayaan HUT ke-70 penyanyi keroncong Waldjinah.

Solopos.com, SOLO – Penyanyi keroncong asal Solo, Waldjinah, menitikkan air mata di sela-sela prosesi pemotongan kue untuk memperingati ulang tahunnya ke-70 di Atria Resto & Lounge Solo, Sabtu (7/11/2015).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Bukan Waldjinah kalau tidak melantunkan lagu keroncong. Meski lirih, penyanyi yang djuluki Si Walang Keke itu menyanyikan salah satu lagu favoritnya Panglipur Wuyung dengan penuh semangat.

Ibu lima anak ini berkomitmen terus berkarya hingga akhir hayat. Ia tak ingin sedetik pun lepas dari musik keroncong meskipun kondisinya sekarang tidak seperti dahulu.

Ia juga menyampaikan harapan agar anak muda turut melestarikan lagu keroncong. “Keroncong harus maju terus. Anak-anak muda dengarkan lagu saya. Rukun kabeh dikei panjang umur,” harapnya di sela-sela acara.

Konsistensi Bintang Radio Indonesia 1965 ini memang tak tertandingi. Ia menyanyi keroncong sejak usia 12 tahun hingga sekarang. Ratusan lagu keroncong pernah populer di tangannya.

Sejumlah penghargaan dia peroleh dari kerja kerasnya, mulai Juara I Bintang Radio Indonesia hingga Anugerah Musik Indonesia (AMI) beberapa waktu lalu. Waldjinah berjuang di genre keroncong mulai lagu itu tidak diminati hingga disukai khalayak umum.

Anak keempat Waldjinah, Ary Mulyono, menilai banyak pelajaran penting yang ia peroleh dari Sang Bunda. Konsistensinya bidang keroncong hingga meraih kesuksesan ini adalah salah satunya.

Beberapa anak meneruskan perjuangan Waldjinah dengan menekuni musik keroncong, lainnya memilih profesi lain.

Selain flashback perjalanan karier si Ratu Keroncong, acara juga dimeriahkan dengan pemberian hadiah khusus dari komunitas ataupun pengagum Waldjinah.

Rumah Menulis Kebeg Yoni Sukoharjo mempersembahkan sebuah buku biografi Waldjinah yang rencananya ditulis sebanyak tiga sekuel. Koordinator Rumah Menulis Kebeg Yoni, Ning Hening, mengatakan penulisan buku Waldjinah atas inisiatif mereka sendiri sebagai bentuk penghargaan.

Menulis biografi Waldjinah dinilainya sebagai sebuah kewajiban budaya. Ia merasa harus membukukan perjalanan karier Waldjinah agar tongkat estafet musik keroncong tidak berhenti. Penulisan buku yang dimulai sejak lama ini juga diharapkan bisa membantu para generasi muda yang ingin belajar keroncong.

“Agar para pembaca, khususnya anak muda terinspirasi dari Waldjinah. Melihat semangat dan konsistensi dan kesetiaannya dalam musik keroncong,” katanya.

Peringatan ulang tahun Waldjinah dengan melibatkan keluarga besar seperti ini hampir diadakan setiap tahun. Namun perayaan itu sempat off setahun terakhir karena penyanyi gaek ini sedang sakit.

Putra sulungnya, Bambang Hery Santoso, bersyukur mereka bisa kembali mengadakan perayaan pada tahun ini. Ia berharap Sang Bunda yang memiliki delapan cucu dan dua cicit ini panjang umur agar bisa terus berkarya di musik keroncong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya