SOLOPOS.COM - Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong saat menggelar pentas beberapa waktu lalu di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), JL. Sriwedani. (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Harianjogja.com, JOGJA– Komunitas Tjonthong melalui Kethoprak Ringkes Tjap Tjonthong menggelar pementasan Kethoprak dengan lakon Ontran Ontran Bumiwangi di di Gedung Concert Hall  Taman Budaya Yogyakarta (TBY), (27-28/12) malam. Ini adalah pementasan perdana Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong tanpa menggunakan sponsor menyusul pemberlakukan peraturan pemerintah PP 109/2012 tentang pembatasan industri rokok menjadi sponsor dalam suatu event seni pertunjukan.

“Saya langsung dikasih tahu  kalau mulai 20 Desember ini mereka [Djarum] tidak boleh menseponsori kami lagi,” kata Nicky Nazaready, pimpinan produksi Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong kepada harianjogja.com, Selasa (17/12/2013).

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Sebelum ada larangan itu, setiap kali menggelar pementasan, Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong didukung oleh Djarum Super. Setiap kali tampil mereka menghabiskan dana hingga Rp60 juta, di mana hampir separuhnya disokong oleh sponsor. “Sisanya kami mendapatkan dari tiket dan Pemerintah Provinsi DIY,” imbuhya.

Kendati sudah tidak mendapatkan sponsor, tidak lantas membuat Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong berhenti bermain di hadapan penonton. Dalam lakon Ontran Ontran Bumiwangi itu mereka masih memiliki uang kas dari sisa pertunjukkan sebelumnya. Untuk ke depannya, mereka berencana mengganti dana sponsor dengan mencari donasi dari pihak lokal yang terdiri dari pengusaha maupun perusahaan swasta. Bahkan, pada 2014 mendatang mereka juga  bakal menaikkan tarif tiket.

Naskah Ontran-Ontran Bumiwangi yang ditulis oleh Marwoto Kawer dan Susilo Nugroho ini mengisahkan bumi Nusarukmi [Indonesia] yang diserang oleh musuh. Para pemimpinnya kemudian melarikan diri dan memindahkan ibukota ke Bumiwangi [Jogja] yang dianggap aman. Tokoh-tokoh dari berbagai daerah seperti Manggayuda Dirgayuda, Tumenggung Reksamaya dan Rama Kanjeng Sugata pun harus segera bergabung untuk mempertahankan kemerdekaan negara.

“Tokoh dalam cerita ini semuanya fiktif namun ceritanya adalah kisah nyata tapi mengambil setting Serangan Umum Satu Maret. Naskahya ditulis dengan menggunakan acuan buku sejarah dan keterangan dari Romo Banar,” terang Edo Nurcahyo, salah satu anggota Ketoprak Ringkes Tjap Tjonthong lainnya.

Menurut dia, beberapa nama tokoh yang dihadirkan adalah beberapa orang penting dalam sejarah Indonesia seperti Ali Maskur [Pejuang NU], Romo Soegijapranata, Jendral Sudirman. “Pentas ini juga menjadi pembuktian bahwa pada masa perjuangan terdahulu. Para pemimpin bisa hidup saling berdampingan memajukan bangsa Indonesia walau berbeda agama dan pandangan,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya