SOLOPOS.COM - Ibu Dibjo (Tangkapan layar YouTube Around Jakarta)

Solopos.com, SOLO-Nama Ibu Dibjo sebagai penyedia tiket di Indonesia sudah tak asing lagi bagi generasi 1990-an, siapakah sosok legendaris tiket Indonesia tersebut? Simak ulasannya di kabar artis kali ini.

Nama sosok penyedia tiket pertunjukan di Indonesia ini mendadak jadi sorotan warganet setelah ticket war konser Coldplay Jakarta beberapa waktu lalu. Kala itu, tak sedikit warganet mengusulkan supaya sistem penjualan tiket pertunjukan dikembalikan seperti era 1990-an, yaitu pembeli datang langsung ke ticket box yang telah ditunjuk.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Penjualan tiket secara online dinilai memiliki sejumlah kelemahan. Salah satunya adalah harus berperang melawan calo yang memakai bot dalam ticket war tersebut.

Kini nama dan sosok Ibu Dibjo kembali jadi perhatian setelah menawarkan paket trip konser Coldplay Singapura dan Bangkok 2024, sebenarnya siapakah sosok tersebut? Penawaran paket tersebut sudah termasuk tiket pesawat dan penginapan.

Wanita bernama lengkap Ida Kurani Soedibyo ini diketahui telah menjalani bisnis jual beli tiket pertunjukan sejak pertengahan 1960.  Bisnis penjualan tiket Ibu Dibyo dimulai dari ketidaksengajaan. Pada tahun 1963, sang suami berencana membangun sebuah sekolah di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Sebagai upaya membantu sang suami, Dibyo muda kemudian membantu dengan cara menjual tiket pemutaran film di Hotel Indonesia.

Dikutip dari Instagram @ibudibjoticket, Minggu (18/6/2023), Gilang Budiman Sudibjo menjelaskan awal mula bisnis keluarganya itu. “Bersama teman-temannya Pak Dibyo bikin pertunjukan nonton film, film yang diimpor lagsung dari luar negeri yang belum ada di Indonesia. Tiketnya dijual di Hotel Indonesia. Baru setelah itu rame, jadi dititipin tiket-tiket bioskop pada saat itu gitu ya. Lalu masuklah ke olahraga badminton, habis itu bola dan olahraga-olahraga lain gitu lalu seiring berjalannya waktu berulah menjual tiket-tiket konser di Indonesia,” tuturnya.

Tiket film tersebut dijual di rumahnya di Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Selain menjual di rumah, tiket tersebut dijualnya secara door-to-door.  Setelah berjalan beberapa waktu, bisnis yang semula bertujuan mulia tersebut kemudian berkembang pesat. Penyelenggara pemutaran film kemudian semakin memercayakan penjualan tiketnya kepada Dibyo.

Pada 13 Maret 2002, sosok Ibu Dibjo meninggal dunia. Tongkat kepemimpinan perusahaan kemudian dipegang oleh putri ketiganya, Nuska Sri Sulistiyowati. Lalu pada 2010, rumah tersebut dijual. Penjualan tiket berpindah-pindah sebelum akhirnya menetap di Mal Blok M sampai sekarang.

Jika dulu Ibu Dibjo hanya menjual tiket, maka sekarang berekspansi dengan menawarkan paket perjalanan dan akomodasi. “Kita nonton konser di luar negeri sekalian jalan-jalan. Kalo diliat data orang yang suka traveling itu kan banyak. Kita melihat itu kenapa nggak kita sisipin sambil nonton konser sambil jalan-jalan biar lebih hepi. Jadi lebih wah gitu,” tutur Gilang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya