SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Pariaman–Novel Negeri Lima Menara karya Ahmad Fuadi yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU) Jakarta dan tercatat sebagai buku National Best Seller Indonesia akan segera dicetak di Malaysia.
Novel Negeri Lima Menara telah dibeli oleh PTS Litera, penerbit Malaysia. Penulis Negeri Lima Menara, Ahmad Fuadi yang dihubungi dari Pariaman, Selasa (23/2), mengatakan, pihak Malaysia akan mencetak dan mengedarkan novel Negeri Lima Menara pada pertengahan 2010.
Di Indonesia, novel yang disingkat dengan nama N5M ini telah tercatat sebagai National Best Seller karena dalam enam bulan sejak diterbitkan telah dicetak lima kali dengan total oplah 80.000 eksemplar.
Menurut data, sepanjang 36 tahun umur Penerbit Gramedia, N5M adalah buku lokal paling banyak dicetak setiap reprint dengan rata-rata sebanyak 16.000. Dalam catatan penerbit besar ini, N5M menjadi buku pertama dalam 22 tahun ini yang mencapai oplah sebanyak ini.
Selain itu, berdasarkan data sekunder, untuk hitungan satu semester pertama sejak terbit, novel Negeri Lima Menara penjualannya lebih besar dibanding Novel populer Indonesia lainnya yakni Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta.
Novel Negeri Lima Menara terinspirasi dari kisah nyata kehidupan Fuadi, tentang petualangan anak Minang yang merantau jauh untuk mengejar mimpinya. Tokoh utama novel, Alif, lahir di pinggir Danau Maninjau, Sumatra Barat dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau.
Masa kecil Alif adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan mandi di air biru Danau Maninjau.
Dalam perjalan hidupnya, Alif Tiba-tiba saja harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin Alif menjadi Buya Hamka walau dirinya ingin menjadi Habibie (mantan Presiden RI).
Dengan setengah hati, Alif mengikuti perintah ibunya dan belajar di pondok Pesantren Gontor, Jawa Timur. Dalam kehidupannya, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Mojokerto, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.
Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu Maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing.

Ant/rei

Promosi Ada BDSM di Kasus Pembunuhan Sadis Mahasiswa UMY

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya