SOLOPOS.COM - Kho Ping Hoo (ruangbaca.com)
Dulu, siapa yang tak mengenal Kho Ping Hoo. Penulis cerita silat (cersil) asal Sragen ini pernah sangat populer di masanya, medio 70-80-an. Selama 30 tahun menekuni dunia kepenulisan, lelaki yang meninggal 22 Juli 1994 ini telah menelurkan setidaknya 150 judul cerita.
Serial Bu Kek Siansu, Sepasang Pedang Iblis hingga Pedang Kayu Harum adalah secuil kontribusinya terhadap perkembangan fiksi di Indonesia.
Memori kejayaan penulis peranakan Tionghoa ini akan coba dibangkitkan dalam Pameran Ilustrasi dan Diskusi Cersil Mengingat Kho Ping Hoo di Balai Soedjatmoko, mulai Sabtu (11/8) hingga Jumat (17/8). Sederet karya ilustrasi maupun memorabilia Kho Ping Hoo siap dipamerkan kepada khalayak.
“Selain 150 karyanya, kami siap memajang mesin tik dan kursi kerja yang pernah digunakan Kho Ping Hoo. Kami juga akan men-display bentuk persewaan buku zaman dulu,” ujar pengelola Balai Soedjatmoko, Yunanto Sutyastomo, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Rabu (8/8/2012).
Menurut Yunanto, karya-karya yang akan ditampilkan di pameran nanti adalah cetakan baru. Kho Ping Hoo, imbuhnya, mempunyai percetakan sendiri di Gandekan yang masih produktif mencetak karya sang penulis. “Cerita-cerita fenomenal Kho Ping Hoo memang lahir dari rumahnya di Gandekan. Sekarang pun, Gandekan masih menjadi lokasi utama penyebaran karyanya.”
Pihaknya berharap, pameran tersebut mampu mengenalkan generasi muda kepada sosok penulis legenda seperti Kho Ping Hoo. Menurutnya, kisah silat kakek dari artis Desta ini tak kalah dengan cerita bergambar masa kini. “Hanya anak muda memang belum banyak yang tahu,” katanya.
Pada Senin (13/8) sore, acara akan dimeriahkan diskusi bersama sastrawan dan pengamat cerita silat, Seno Gumira Ajidarma, penikmat Kho Ping Hoo, Purnawan Andra dan wartawan KOMPAS, Abun Sanda.
