SOLOPOS.COM - Dua pengunjung sedang mengamati karya mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni Semester IV ISI Solo di Galeri Taman Budaya Jawa Tengah, Rabu (23/5/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/SOLOPOS)


Dua pengunjung mengamati karya mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni Semester IV ISI Solo di Galeri Taman Budaya Jawa Tengah, Rabu (23/5/2013). (Mahardini Nur Afifah/JIBI/SOLOPOS)

Aroma cat minyak menyeruak di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah, Rabu (23/5/2013) siang.  60 karya mahasiswa semester IV Jurusan Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Solo tergantung rapi di dinding galeri.

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Sebanyak 15 perupa muda turut menggelar karyanya dalam pameran bertajuk Rupa-rupa Satu Atap. Pameran yang dibuka Rabu tersebut akan berlangsung hingga Jumat (24/5/2013) malam.

Thoriq Bidar Dardiri setengah berlari menyambangi saka utama penyangga ruang pamer. Di antara saka penyangga tersebut tergantung puluhan goresan tangan yang ditorehkan di atas kertas berukuran 20 cm x 30 cm.

Angin yang berembus ringan kala itu menerbangkan beberapa lembar kertas yang hanya disemat kertas klip. Mahasiswa angkatan 2011 ini tergerak untuk memungut kertas dan mengembalikannya ke rangkaian tali semula.

Beragam karya mulai dari drawing, ilustrasi, sketsa, komik, karikatur hingga sekadar curahan hati dan materi kuliah sejarah seni rupa tergantung di sana.

Ditemui Solopos.com di sela-sela aktivitasnya, Thoriq mengutarakan kertas yang tergantung di tengah galeri ini merupakan karya instalasi yang menggambarkan jejak karya mereka saat awal kuliah.

Diceritakannya, dari coretan-coretan masa awal menimba ilmu di bangku perguruan tinggi tersebut, kemudian mereka melanjutkan proses berkarya. Tahun pertama kuliah di ISI Solo, mereka baru belajar seni lukis dasar. Menginjak tahun kedua, mereka mulai belajar seni lukis transisi. Masa dimana seorang perupa mulai mencari jati diri.

Pada tahapan ini Thoriq menuangkan kegelisahan hatinya di atas kanvas berukuran 100 cm x 120 cm. Dalam karyanya, tampak seorang bocah laki-laki duduk tertunduk di depan sebuah bangunan. Sebagian temboknya tampak mengelupas.

Dua meter berdiri di depan karyanya, seolah kita tersedot ke dalam sunyi dan peliknya situasi yang dialami bocah laki-laki tersebut. Permainan warna palet dengan komposisi gelap dan terang dibuat kontras dalam balutan warna bernuansa hijau. Karya yang dibuat pada 2013 ini diberi judul Memendam Sadar.

Thoriq mengutarakan pembuatan karyanya berasal dari perenungan pribadi tentang manusia yang sulit berubah.  “Konsepnya berawal dari perasaan saya sendiri yang terjebak dalam sebuah kondisi. Ada pertanyaan kenapa tidak mau berubah. Padahal bila dicermati hakikat manusia bagaikan tembok, tanpa perubahan lama-lama kita akan hancur,” jelasnya.

Ditemui secara terpisah, Ketua Penyelenggara Pameran, Arif Budianto, mengatakan karya-karya yang dipamerkan di galeri ini merupakan hasil proses belajar teman-temannya selama menempuh pendidikan di kampus.  “Dalam pameran ini tidak ada kuratorial. Murni gelar karya. Temanya rupa-rupa, jadi banyak karakter, gaya dan selera. Semuanya tidak sama,” terangnya.

Melalui pameran ini pengunjung bisa melihat rekam jejak pencarian jati diri perupa dari ISI Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya