Konsumerisme memang melenakan. Di kota berkembang seperti Solo pun, konsumerisme telah menemukan rumahnya. Mal-mal dengan angkuh berdiri, mengajak anak muda untuk terus menghamburkan materi. Meski terhegemoni, mereka tampak enjoy menikmati.
Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren
Situasi sosial itu tergambar di lukisan bertajuk Make A Wish: The Green yang dipamerkan di Galeri Seni Taman Budaya Surakarta (TBS), Senin-Sabtu (12-17/3). Dalam goresan kanvasnya, Khaerunnisa menggambar seorang perempuan yang mengenakan kaus hijau bermotif dollar. Dengan sesungging senyum, ia memandang dunia dengan kacamata ber-frame bangunan-bangunan megah.
“Lukisan ini sebenarnya pengalaman pribadi. Bagaimana saya memaknai kehidupan di perkotaan yang tak lepas dari materi. Warna hijau dipilih karena identik dengan keinginan yang berlebih,” ujar Khaerunnisa saat berbincang dengan Solopos.com di area pameran, Selasa (13/3/2012).
Karya perempuan berjilbab ini adalah salah satu karya yang dipajang dalam Pameran Seni Rupa Perjalanan 07. Sekitar 30 karya seni rupa mahasiswa angkatan 2007 Jurusan Seni Rupa Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Solo seolah mengajak pengunjung memaknai kehidupan dalam goresan kanvas.
Jika Khaerunnisa menyitir budaya konsumerisme, lain halnya Arisno Efendi. Dalam karyanya bertajuk Free Style, Arisno menggambarkan potret seks bebas di kalangan remaja. Dengan sapuan kuas naifisme, Arisno menggambarkan sepasang kucing yang bersetubuh di jalanan. “Perilaku kucing itu tak ubahnya generasi muda yang kebablasan dalam memaknai kebebasannya,” tukas dia.
Selain mengungkap fenomena sosial, Perjalanan 07 banyak diwarnai curahan hati pelukisnya. Seperti Untitle karya Yusuf Rohimawanto. Dalam lukisan realis kontemporernya itu, Yusuf menyampaikan masa lalunya yang kelam lewat perempuan berbaju hitam. Meski begitu, Yusuf tetap menyimpan asa. Apel merah yang dipegang sang perempuan adalah simbol harapannya.
Ditambahkan Arisno yang juga panitia acara, pameran tersebut digelar untuk menggairahkan kesenirupaan di Kota Solo. “Selain itu, pameran ini adalah penanda perjalanan kami selama menempuh kuliah di ISI,” tandasnya.