SOLOPOS.COM - Pemain film Eka Nusa Pratiwi (kiri) dan sutradara asal Solo Zen Al Ansory (tengah) memberikan contoh akting kepada peserta pada Workshop How To Make A Good Film di Balroom Alila Hotel, Solo, Rabu (25/10/2017). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Ratusan anak muda mengikuti workshop How to Make a Good Film oleh Film Toko Indonesia di Ballroom I Hotel Alila Solo, Rabu (25/10/2017) siang.

Solopos.com, SOLO–Ratusan anak muda hampir memenuhi kursi workshop How to Make a Good Film oleh Film Toko Indonesia di Ballroom I Hotel Alila Solo, Rabu (25/10/2017) siang. Penuh seksama mereka memperhatikan setiap detail pembahasan yang disampaikan para pengisi acara. Salah seorang peserta, Ayu, sudah menunggu lama acara tersebut. Penghobi film ini bersiap menanyakan banyak hal kepada para pembicara. Salah satunya soal pilihan genre film masing-masing sutradara di dalam dan luar negeri.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Harapan perempuan berhijab ini hanya satu, sepulang dari workshop mimpinya membuat karya audio visual seperti itu segera terwujud. Tak heran Ayu berulangkali terlihat menyatat materi-materi yang disampaikan sang nara sumber di panggung. “Seneng sih ikut acara ini.Sudah lama pengin ikut workshop film. Pengin bikin film juga soalnya,” kata dia.

Sutradara muda asal Solo, Zen Al Ansory, saat mengisi acara mengatakan kunci sukses membuat film adalah lets do it. Formula lainnya mengamati karya mainstream sineas dalam maupun luar negeri. Kalau diperhatikan menurut dia mayoritas film Hollywood memiliki scene opening dan ending yang hampir berkaitan. Hal itu bisa menjadi salah satu acuan dasar bagi mereka yang ingin belajar film.

“Kalau how to make a good film sebenarnya saya enggak tahu ya. Tapi formulanya bisa kalian lihat di film-film layar lebar, terutama Hollywood opening dan ending scene itu pasti saling berkaitan,” kata dia.

Menurut Zen, film adalah media yang pas sebagai wadah berekspresi. Di dalam film seseorang bisa mencurahkan ide dan gagasannya dengan materi yang komplet berupa audia dan visual. Ia juga menyemangati para generasi muda sekarang ini untuk tak malu menyampaikan ide dan gagasannya lewat film. Mengingat sekarang semuanya dipermudah dengan perkembangan teknologi.

Yang menurut Zen kondisinya jauh lebih gampang dibandingkan zamannya dulu. Tak hanya saat pembuatan, sineas muda sekarang juga gampang mencari penonton. Cukup dengan mengunggah via media sosial semua orang jadi tahu.

Aktris yang juga seorang penulis, dan produser film Eka Nusa Pertiwi menambahkan peran penting seorang pemain tak bisa dikesampingkan. Sama halnya dengan sutradara, pemeran utama Mata Tertutup ini mengatakan seorang aktris juga pendakwah. Karena pemain film ini ide dan gagasan besar sutradara bisa tersampaikan kepada penonton.

Ketua Panitia dari Film Toko Indonesia Rea Fitri, mengatakan kegiatan ini kali pertama digelar di Solo. Kerja sama dengan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD) IAIN Surakarta ini bertujuan memaksimalkan potensi para filmmaker muda per daerah agar mereka turut meramaikan perfilman Indonesia. Acara yang menghadirkan empat narasumber mulai sutradara, aktris, penulis naskah, dan penata musik ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya