SOLOPOS.COM - Pergelaran wayang orang gabungan dengan lakon Punakawan Tandang di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari Solo, Kamis (19/7) malam. Pergelaran tersebut merupakan pentas hari terakhir dari rangkaian peringatan HUT Gedung Wayang Orang Sriwedari (GWO) ke-102. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)


Pergelaran wayang orang gabungan dengan lakon Punakawan Tandang di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari Solo, Kamis (19/7) malam. Pergelaran tersebut merupakan pentas hari terakhir dari rangkaian peringatan HUT Gedung Wayang Orang Sriwedari (GWO) ke-102. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Di dunia ini, kaum miskin seringkali dipandang sebelah mata. Keberadaannya seolah tak berguna lantaran hanya menjadi beban negara. Namun dalam pentas wayang orang gabungan di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Kamis (19/7) malam, stigma itu coba dihapuskan. Mengangkat lakon Punakawan Tandang, rakyat jelata berubah menjadi panglima. Rakyat yang disimbolkan Punakawan menjadi ujung tombak menelusuri kepergian Arjuna.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Menjadi pentas terakhir dalam rangkaian ulangtahun ke-102 GWO Sriwedari, Punakawan Tandang seolah menghidupkan memori kejayaan GWO tempo dulu. Bangku yang penuh sesak dan tepuk tangan riuh menghiasi pentas yang digelar tiga jam tersebut. Sejumlah penonton pun rela berlesehan di sisi panggung untuk melihat lebih dekat aksi para wayang.

“Berita WO Sriwedari mati itu tidak sepenuhnya benar. Coba datang ke sini malam Sabtu atau malam Minggu. Woo..penontonnya banyak Mas,” tutur sang sutradara, Prihat Natalis Nugroho, kepada Solopos.com seusai pentas.

Punakawan Tandang berkisah tentang penyamaran Punakawan dalam pencarian Arjuna. Untuk menembus Duryapura yang konon menjadi persinggahan Arjuna, Punakawan berubah menjadi wong mbarang, kelompok yang kerjanya mendongeng. Taktik ini digunakan Prabu Kresna untuk mengelabui Prabu Pudyakesuma, raja Duryapura.

“Dalam hal ini, rakyat yang disimbolkan Punakawan justru menjadi pemecah masalah. Lakon ini menyampaikan kalau rakyat jelata pun harus diuwongke,” ujar Nugroho yang juga memerankan Petruk.

Malam itu, Punakawan Tandang juga dimeriahkan sejumlah bintang tamu seperti Ki Warseno Slenk. Didhapuk menjadi Semar, dalang kondang ini tak jarang bikin ger-geran. Kesan bijak Semar pun menjadi lebih segar dengan candaan ala Slenk. “Aku kok ra weruh apa-apa ya,” kata Semar. Sejurus kemudian, Petruk mengeluarkan selembar uang dalam amplop. “Oh yen kuwi aku weruh,” tukas Semar disambut tawa penonton. Sementara bintang Srimulat, Djudjuk Djuwariah tampak hadir sebagai cameo.

Seorang penonton, Widadi, 47, mengaku puas dengan sajian wayang orang. Ia berharap GWO Sriwedari lebih sering menggelar pentas gabungan dan berbintang tamu. “Biar enggak bosen,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya