SOLOPOS.COM - Salah satu aksi teatrikal pertunjukan kolosal Lauh Mahfuz (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Salah satu aksi teatrikal pertunjukan kolosal Lauh Mahfuz (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Salah satu aksi teatrikal pertunjukan kolosal Lauh Mahfuz (Mahardini Nur Afifah/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kali pertama dirilis 2012 lalu, novel fantasi spiritual karya Nugroho Suksmanto, Lauh Mahfuz, banyak dilirik untuk diadaptasi ke dalam berbagai bentuk cabang seni.

Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan

Sebelumnya Raja Arab Saudi dan imam besar Masjidil Haram, Syekh Ali Ibn Abdurrahman Al-Hudhaifi dan sutradara Garin Nugroho, kepincut mengadaptasi novel setebal 500 halaman ini ke dalam film.

Kini giliran sejumlah seniman Solo tertarik mengangkat kisah Panji yang ingin mengubah catatan takdir yang telah dituliskan Tuhan ke dalam kitab Lauh Mahfuz. Perjalanan Panji menembus langit ketujuh ini ternyata tak mudah dan penuh liku.

Dalang wayang suket, Slamet Gundono, menggandeng penata tari, Mugiyono Kasido dan penata musik, Dedek Wahyudi, mengadaptasi kisah petualangan panji ke dalam pertunjukan seni kontemporer kolosal dengan judul yang sama dengan novelnya.

Tim kreatif yang terlibat dalam penggarapan pertunjukan yang rencananya dipentaskan akhir 2013 di Jakarta ini nanti antara lain Slamet Gundono, Agus Noor dan editor buku Lauh Mahfuz, Triyanto Tri Wikomo.

Latar belakang penggarapan karya ini berangkat dari pengalaman Slamet Gundono yang pernah mementasan lakon Jitap Sara. Benang merah inti cerita Lauh Mahfuz dan Jitap Sara yang sama-sama mengisahkan kitab takdir, membuat novel ini akhirnya dilepas untuk dibuat versi adaptasinya oleh Slamet Gundono dkk.

“Slamet Gundono banyak improvisasi dalam karya adaptasi ini. Garis besar kisahnya menceritakan Panji yang ingin menyelamatkan Indonesia yang sedang kolaps,” beber Tim Kreatif Lauh Mahfuz, Triyanto Tri Wikomo, kepada wartawan di sela-sela sesi latihan, di Sanggar Teater Ruang, Danukusuman, Serengan, Senin (15/7/2013) siang.

Menurut Triyanto, penggarapan pertunjukan ini mulai digagas enam bulan yang lalu. “Saat ini masih embrio. Masih banyak perubahan dalam konsep artistik. Mungkin nanti bakal ditambahkan orkestra dan penyanyi untuk memperkuat pertunjukan. Inginnya kami buat seperti Matah Ati,” ungkapnya.

Ditemui di tempat yang sama, Penata Tari Lauh Mahfuz, Mugiyono Kasido, mengungkapkan dirinya menggandeng sejumlah penari asal Solo yang memiliki kompetensi di bidang koreografi. “Lima penari yang terlibat dalam pertunjukan ini memiliki latar belakang koreografi. Proses kreatif masih terus berjalan. Kami bakal tampil di tujuh adegan cerita,” singkatnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya