Entertainment
Kamis, 11 Juli 2013 - 17:15 WIB

Pesan Keadilan dan Kejuran Dalam Pentas Sakera

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/SOLOPOS Ilustrasi

JIBI/Harian Jogja/SOLOPOS
Ilustrasi

Harian Jogja.com, BANTUL – Pentas berjudul Sakera di Auditorium Jurusan Teater Institut Seni Indonesia (ISI) keadilan dan kejujuran.

Advertisement

Sakera, tokoh legenda mahsyur asal Pasuruan, Jawa Timur, dipentaskan dalam panggung teater oleh Martina Ari Saraswati, mahasiswi jurusan teater ISI, Minggu (7/7/2013), malam. Pementasan ini sekaligus menjadi salah satu syarat kelulusan Martina guna meraih gelar Sarjana Teater.

Martina sengaja memilih cerita Sakera, sebagai tugas akhir, karena ia lahir dan besar di Pasuruan, Jawa Timur. “Walaupun sejatinya Sakera ini banyak dikenal sebagai pahlawan dari Madura, ternyata tokoh ini juga seorang pahlawan Pasuruan,” katanya.

Asal nama Sakera ternyata sebelumnya ialah Sagiman, yang memiliki seorang saudara satu Bapak beda Ibu yaitu Semodi.

Advertisement

Kisah sakera ini di pentaskan dengan mengangkat spirit Teater Tradisi, di awali dengan tari Remo, kemudian kisah dimulai dengan dialog Dalang cerita yang mengisahkan asal mula Sakera.

Kisah berlatar belakang tahun 1860-an ini menggambarkan kehidupan saat penjajahan Belanda. Di sampan Madura ada dua orang kakak beradik yang bernama Karsa dan Karso, kemudian mereka bertemu dengan sahabatnya seorang dari Belanda yaitu Tuan Antonipa.

Di saat Tuan Antonipa hendak pulang ke Belanda, ia memberikan kenang-kenangan kepada Karsa Bouman berupa senjata api, sementara untuk Karso sebuah celurit. Kemudian Karso menikah, dan memiliki anak Sagiman dan Semodin, sementara Karsa tidak memiliki istri sampai ajal menjemputnya, sehingga Karsa mewariskan Bouman kepada Karso.

Advertisement

Ketika Sagiman dan Semodin hendak merantau ke Pasuruan, Karso kemudian mewariskan Bouman Pada Semodin dan Celurit pada Sagiman. Di perantauan Sagiman menemukan jodohnya, Leginter. Mereka menikah, namun saat Leginter hamil, kondisi ekonomi Sagiman merosot. Saat itu, pekerjaan Sagiman adalah Kek Cikar atau kernet.

Sagiman mengucapkan Sumpahnya. Jika anaknya lahir perempuan akan diberi nama Samirah yang artinya Sengsara, dan jika yang lahir laki-laki di beri nama Sakera. Namun anak mereka lahir tanpa tangisan dan meninggal dunia. Sejak saat itu, kondisi ekonomi Sagiman mulai membaik dan orang-orang memanggilnya dengan sebutan Pak Sakera, yang bekerja sebagai buruh angkut di Bangil Pasuruan.

Sakera sangat menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran, bahkan Sakera tidak segan-segan membunuh orang-orang yang tidak berbuat adil terhadap kemanusiaan.

“Peristiwa Sakera mengajarkan pada penonton bagaimana seorang Sakera yang membela keadilan dan kejujuran untuk rakyat. Bahkan ia rela membunuh keponakannya sendiri karena sombong tahan bacok, dan suka memperkosa, karena ia tidak ingin keturunan keluarga Sakera tercemar namanya,” ucap Martina.

Advertisement
Kata Kunci : ISI Pentas Sakera Teater
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif