SOLOPOS.COM - Pelawak Dono Warkop DKI. (Liputan6.com)

Solopos.com, KLATEN — Pelawak legendaris Wahyu Sardono alias Dono Warkop DKI ternyata lahir dan besar di Klaten, Jawa Tengah. Kini, rumah keluarganya di Delanggu, Klaten, yang kosong selama puluhan tahun mendadak menjadi pusat perhatian.

Jika dilihat sekilas, Anda tentu tidak akan menyangka rumah tersebut menjadi saksi kehidupan Dono di masa muda. Jika dilihat dari bangunannya, rumah itu jauh dari kesan mewah, malah justru sangat sederhana. Bangunan rumahnya terbuat dari kayu. Atapnya genting tanah yang sudah berwarna coklat kehitaman menandakan usianya yang sudah tua dan dilengkapi dengan seng di bagian teras. Bagian atap rumah model lama itu pun sudah mulai keropos.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Kini, rumah yang berlokasi di RT 002/RW 011, Dukuh Kragan, Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten itu dirawat oleh Siti dan suaminya. Bagian teras rumah tersebut kini dimanfaatkan oleh anak Siti sebagai kedai susu segar. Jadi sesampainya di sana, Anda akan melihat spanduk hijau bertuliskan Susu Segar Boyolali Mas Hendra.

Baca juga: Rute ke Rumah Lawas Dono Warkop di Klaten

Meski sudah lapuk dimakan usia, umah kosong peninggalan Dono Warkop itu masih sering didatangi warga maupun wisatawan yang melintas di Delanggu. Bahkan ada beberapa vlog yang direkam di sekitar lokasi tersebut.

Dihimpun dari berbagai sumber, Minggu (7/11.2021), Dono Warkop DKI tinggal di rumah tersebut saat masih muda. Pria kelahiran Klaten, 30 September 1951 itu tercatat mengenyam pendidikan di SDN 1 Kebon Dalem, SMP N 2 Klaten, dan SMA N 3 Surakarta. Saat duduk di bangku SMA, Dono berangkat dengan mengayuh sepeda puluhan kilometer dari rumahnya menuju ke sekolah.

Selepas tamat SMA, Dono hijrah ke Jakarta. Dia melanjutkan pendidikan di jurusan sosiologi Fakultas Ilmu sosial dan Politik Universitas Indonesia sejak sarjana hingga pascasarjana. Selama menjadi mahasiswa, Dono termasuk orang yang aktif.

Dia tercatat pernah bekerja sebagai penyiar di Radio Prambors hingga menjadi asisten dosen hingga mengajar sebagai dosen di tempatnya kuliah. Dono Warkop DKI juga pernah menjadi kartunis di redaksi surat kabar ibu kota.

Baca juga: Isi Rumah Dono di Klaten Masih Komplit Hlo, Begini Kondisinya

Saat menjadi penyiar radio, Dono bergabung dengan kelompok lawak Warung Kopi Prambors yang didirikan setahun sebelumnya. Dono bersama Kasino, Indro, dan Nanu mengisi acara Warung Kopi Prambors yang bergaya obrolan warung kopi di Radio Prambors yang membesarkan namanya hingga menjadi aktor film komedi layar lebar.

Film pertamanya bertajuk Mana Tahaaan dirilis pada 1979. Dalam film itu, Dono Warkop DKI bersama Indro dan Kasino beradu akting dengan Elvy Sukaesih, Rahayu Effendi, dan Kusno Sudjarwadi.

Sejak saat itu, grup lawak Warkop DKI semakin berkibar hingga berbagai film layar lebar hampir mereka bintangi. Kebanyakan film mereka mengangkat isu lingkungan yang dipengaruhi oleh Dono sebagai anggota Mapala UI.

Baca juga: Rumah Dono Warkop di Klaten Kosong Puluhan Tahun, Angker Gak Ya?
Di antara personel Warkop, Dono kerap menjadi korban. Biasanya Kasino dan Indro merupakan pelaku utama kejahilan terhadap Dono. Meski kerap menjadi korban, Dono merupakan tenaga kreatif dalam Warkop. Mulai dari menulis cerita sampai penyutradaraan, hingga sibuk dengan urusan visual.

Dono meninggal dalam usia 50 tahun pada 30 Desember 2001 silam karena penyakit kanker paru-paru. Ia meninggalkan tiga anak, masing-masing bernama Andika Aria Sena, Damar Canggih Wicaksono, dan Satria Sarwo Trengginas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya