SOLOPOS.COM - Personel Pecas Ndahe yakni Yoik, Doel, Nurul, dan bintang tamu Wisik saat membagikan kisah pengalaman bersama Pecas Ndahe. (Dok PPIM)

Solopos.com, SOLO — Suguhan rebusan singkong, kacang tanah, jagung manis, juga kopi, teh panas tersaji di Pendapa Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Solo.

Minggu (18/6/2023) malam itu, para Ndasser atau sebutan fans garis keras grup musik humor Solo Pecas Ndahe, terbawa nostalgia dan terhubung secara emosional dengan tampilan slide-slide berisi gambar-gambar mendiang Emil, Burhan, dan Firman.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Ketiga tokoh itu membuktikan betapa mereka sebagai musisi legenda lokal memiliki daya tarik yang abadi.

Almarhum Emil, Burhan dan Firman merupakan bagian sangat awal sejarah Pecas Ndahe yang telah tiada namun berpengaruh bagi band yang saat ini digawangi oleh Doel, Nurul, Yoik, Toni, Max, Tomo, Pendhek, dan Kocrit.

Selama acara bertajuk Doa Bersama Tribute to Legend itu, para penonton yang duduk berkumpul di atas tikar diberi kesempatan untuk mendengar kisah-kisah inspiratif tentang perjalanan dan pengaruh tiga penggawa kocak itu.

Pada sesi chit-chat, musikus perwakilan Pecas Ndahe yakni Yoik, Doel, Nurul dan bintang tamu malam itu yakni Wisik yang terinspirasi oleh mereka turut berbagi pengalaman.

Mereka terkenang bagaimana almarhum Emil, Burhan, dan Firman sebagai local heroes telah memberikan dorongan dan pengaruh positif dalam karier musik mereka.

Mereka mengungkapkan rasa hormat dan apresiasi yang mendalam terhadap dedikasi, kerja keras, dan bakat yang telah membuka jalan bagi rekan-rekannya sekarang.

Tidak ketinggalan, semua hal lucu justru menjadi penyeimbang dalam kisah-kisah masa lalu para legenda itu.

Cerita-cerita konyol saat latihan, perjalanaan menuju perform penuh dengan keusilan, hal-hal menyebalkan yang justru menjadi pemantik tawa mengisi celah-celah tapak perjalanan Pecas Ndahe.

Foto almarhum Firman, Emil, dan Burhan, mantan personel Pecas Ndahe. (Dok PPIM)

Sebelum sesi berbagi cerita, acara diisi sharing oleh Nurul Pecas Ndahe mengenai pentingnya tetap menjaga ibadah walau kesehariannya diisi oleh musik.

“Karena jika kita ada di posisi seperti mereka bertiga sekarang, kita sudah tinggal nama, dan hanya perbuatan seperti mereka yang baik, hebat, berjiwa sosial tinggi menjadi penolong yang abadi, termasuk menjaga ibadah inti yang kita yakini ini,” ucap Nurul.

Melalui acara Tribute to Legend, Ndasser berhasil memperkokoh hubungan antara kelompok lintas batas mulai kelompok-kelompok EO, staf perusahaan, UMKM, MC, dan tentunya musikus.

Tribute to Legend menjadi momen untuk berkumpul, berbagi pengalaman, dan menunjukkan dukungan solidaritas terhadap musikus lokal dan warisan musik yang ada,” terang Bisnis Manager Parama Pandawa Indonesia Management Music (PPIMM), yang merupakan manajemen dari Pecas Ndahe, Sobhi Birowo atau dikenal Sobhirowo.

Dia berharap acara seperti ini dapat terus diadakan sebagai bentuk syukur, solidaritas, ikhtiar dan penghormatan terhadap musikus legenda lokal.

Selain itu, dapat memperkuat hubungan komunitas lokal yang saling mendukung dan menginspirasi untuk mencetak seniman-seniman hebat Kota Solo yang dapat go national bahkan mendunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya