Entertainment
Sabtu, 9 Juni 2012 - 07:45 WIB

SENDRATARI RAMAYANA: 'Sinta Obong' Bersinar di Tengah Hujan

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SINTA OBONG- Sanggar Metta Budaya, mementaskan pergelaran Sendratari Ramayana berjudul 'Sinta Obong' di Panggung Terbuka Taman Balekambang Solo, Jumat (8/6/2012) malam. Pergelaran tersebut didukung oleh 110 pemain, yang menceritakan tentang kesetiaan Dewi Sinta. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SINTA OBONG- Sanggar Metta Budaya, mementaskan pergelaran Sendratari Ramayana berjudul 'Sinta Obong' di Panggung Terbuka Taman Balekambang Solo, Jumat (8/6/2012) malam. Pergelaran tersebut didukung oleh 110 pemain, yang menceritakan tentang kesetiaan Dewi Sinta. (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Lantai panggung terbuka Taman Balekambang masih basah saat kawanan kera melakukan aksi akrobatnya, Jumat (8/6/2012) malam. Ya, meski sempat tertunda hampir 40 menit karena hujan, Sendratari Ramayana dengan lakon ‘Sinta Obong’ sukses membius penonton yang setia menunggu hujan reda. Berbekal koran bekas sebagai alas duduk, mereka menyaksikan keatraktifan tari Sanggar Metta Budaya Solo.

Advertisement

Penampilan Metta Budaya malam itu patut diacungi jempol. Meski gerimis masih menyapa, para penari tetap menunjukkan aksi maksimalnya. Seperti aksi pasukan kera Ramayana. Dengan energik, mereka melompat, berguling hingga bersalto kala menghadapi pasukan Rahwana. Atraksi akrobat itu sontak disambut tepuk tangan seisi panggung.

‘Sinta Obong’, yang merupakan sekuel keempat Sendratari Ramayana di Balekambang, berkisah tentang kesetiaan Dewi Sinta. Demi membuktikan kesucian cintanya kepada Sang Rama, Sinta bersedia dibakar hidup-hidup dalam kobaran api.

“Sinta Obong adalah simbol perempuan yang mampu mempertahankan martabat dan kesucian. Meski banyak godaan duniawi, ia tetap konsisten menjaga harga diri,” tutur sang sutradara, Joko Sudiyono, saat ditemui solopos.com, seusai pentas.

Advertisement

Tokoh Sinta yang malam itu diperankan mahasiswi Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret, Tira Mayasari, 22, juga tak kalah menarik perhatian. Dengan rambut panjang terurai, Tira menyihir penonton lewat gerak tari yang lembut.

Kepada solopos.com, Tira mengaku baru kali ini memerankan sosok Sinta. “Ini juga pentas pertamaku menjadi tokoh utama. Grogi pasti ada, tapi bagi saya ini tantangan,” tutur perempuan yang berpembawaan kalem dan lembut itu.

Apresiasi juga perlu diberikan pada 40 penari cilik Metta Budaya. Kehadiran bocah seusia TK hingga SD ini mampu memberi warna tersendiri dalam pentas. Meski masih belia, mereka mampu menyuguhkan atraksi tari yang tak kalah indah. Tata cahaya yang maksimal membuat ‘Sinta Obong’ makin bersinar malam itu.

Advertisement

Kepala UPTD Taman Balekambang, Endang Sri Murniyati, tak menyangka pentas masih dipadati penonton setelah pentas ditunda 40 menit karena hujan. “Ternyata apresiasi warga terhadap seni tradisi masih tinggi,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif