SOLOPOS.COM - Salah satu sketsa berjudul "Cadikala" (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Salah satu sketsa berjudul "Cadikala" (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Sebuah pameran lazimnya menampilkan hasil karya yang sudah jadi. Namun, ada yang tak biasa di pameran lukisan yang berlokasi di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis, Bantul.

Promosi Liga 1 2023/2024 Dekati Akhir, Krisis Striker Lokal Sampai Kapan?

Karya yang hanya berupa sketsa ternyata cukup menarik untuk ditampilkan.

Puluhan sketsa dengan wujud pernak-pernik candi bertajuk Candikala dipamerkan sepuluh peserta yang terdiri dari beragam profesi seperti peneliti hingga seniman profesional. Beberapa nama di antaranya Atita Dwi Andarti, Eko Prawoto, Kris Budiman, Hadi Sucipta, bahkan perupa ternama Jogja Putu Sutawijaya.

Kris Budiman, salah satu peserta pameran kepada Harian Jogja mengungkapkan, pameran digelar untuk memenuhi keinginan seniman yang sangat menyukai sketsa. “Materi pameran ini sudah dikumpulkan sejak dua tahun terakhir saat kami bersama menandatangani beberapa candi di Indonesia untuk melakukan sketsa,” ujarnya kepada Harian Jogja, Senin (14/5).

Sementara itu, Candikala merupakan fase peralihan siang dan malam atau berleburnya batas antara terang dan gelap. Sebagian orang, kata Kris, berpendapat batasan ini sering dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan.

“Objek candi yang kami ambil sebagai sketsa juga mengarah ke persoalan itu. Intinya candikala adalah sebuah fase yang ambigu. Sebagaimana halnya sketsa, yang posisinya ambigu sebagai suatu genre seni visual. Di satu sisi diperlakukan sebagai karya yang belum selasai, di sisi lain sudah selesai,” bebernya.

Salah satu pengunjung pameran, Joseph Praba mengungkapkan puluhan lukisan yang dipampang tersebut mengandung nuansa kental tentang candi di Indonesia. Menurut dia, hadirnya pameran itu juga sebagai salah satu bentuk bagaimana perupa melakukan dokumentasi terhadap salah satu aset budaya milik bangsa Indonesia tersebut. “Beragam cara bisa dilakukan untuk mendokumentasikan sejarah salah satunya dengan sketsa ini,” ujarnya kepada Harian Jogja.

Joseph menambahkan dalam pameran itu perupa juga memberikan sentuhan terhadap karyanya. Salah satu karya berjudul Pura Maospahit, milik Putu Sutawijaya kendati hanya sketsa namun memiliki visual yang tidak kalah dengan lukisan jadi. “Sapuan gradasi serta garis pengulangan benar-benar membuat karya ini seolah mempertegas garis warna dalam sentuhan warna Bali,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya