Dunia seni Kota Bengawan kembali berduka. Salah seorang seniman wayang orang seniornya, Sardono Mloyo Wibakso, 73, meninggal dunia pada Rabu (4/4) pukul 20.55 WIB akibat komplikasi penyakit yang dideritanya.
Promosi Yos Sudarso Gugur di Laut Aru, Misi Gagal yang Memicu Ketegangan AU dan AL
Romo Wibakso, panggilan akrabnya, meninggalkan anak kandung, Wilis Rengganiasih, dan seorang anak angkat, Sandi Setyono Putro.
Jenazah lelaki kelahiran Solo, 3 Januari 1939 ini dimakamkan di Tempat Permakaman Umum Bonoloyo, Jumat (6/4/2012) pagi setelah sebelumnya disemayamkan di Rumah Duka Tiong Ting. Upacara permakaman agama Budha mengiringi kepergian seniman seangkatan Darsi itu.
Selama hidup, seniman yang besar di Radio Republik Indonesia (RRI) Solo ini dikenal sebagai sutradara dan pemain wayang orang jempolan. Lelaki yang mengabdi di RRI mulai 1953 hingga 1995 itu pun dikenal seniman serba bisa. Sejumlah seni tradisional seperti ketoprak, karawitan dan pedalangan dikuasainya.
“Pak Wibakso adalah tokoh seni serba bisa yang jarang terekspos. Meski demikian, karya-karyanya banyak mewarnai perkembangan wayang orang RRI,” tutur rekan sejawatnya, Hutami Retno Asri saat ditemui solopos.com seusai permakaman.
Sementara anak Romo Wibakso, Sandi Setyono, mengenang ayahnya sebagai sosok yang kuat. Sandi mengungkapkan, ayahnya tetap tekun berkarya meski diserang penyakit stroke.
“Beliau masih sering buat naskah wayang orang dan menciptakan tembang. Saat sakit, saya pernah menemukan naskah tentang semar yang sedang dibuatnya. Ternyata itu menjadi naskah terakhirnya.”
Selamat jalan Romo Wibakso! Selamat jalan senior!