Entertainment
Jumat, 6 April 2012 - 23:06 WIB

SENDRATARI RAMAYANA: Gelaran Spesial di Malam Purnama..

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto ANOMAN OBONG-Salah satu adegan dalam pementasan lakon Anoman Obong di Teater Terbuka, Taman Balekambang, Solo, Jumat (6/4/2012) malam.

JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto ANOMAN OBONG-Salah satu adegan dalam pementasan lakon Anoman Obong di Teater Terbuka, Taman Balekambang, Solo, Jumat (6/4/2012) malam.

Sedari pukul 19.00 WIB, Sudarno, 55, telah duduk manis di open stage Taman Balekambang, Jumat (6/4/2012). Bersama istri dan seorang cucunya, warga Mojosongo Solo ini sabar menunggu drama tari spektakuler, Sendratari Ramayana, yang akan disuguhkan.

Advertisement

Ya, meski pertunjukan masih satu jam lagi, Sudarno bersama ratusan warga lain telah memadati open stage Taman Balekambang. Mereka seakan tak sabar menunggu pentas yang malam itu mengusung lakon Anoman Obong. “Sebenarnya yang pengin sekali nonton itu cucu saya. Meski masih playgroup, dia suka dengan wayang,” ujar Sudarno saat berbincang dengan Solopos.com

Di bawah sinar bulan purnama, Anoman Obong yang dibawakan seniman wayang orang (WO) Sriwedari membius penonton dalam keindahan gerak tari. Bagian dari epos legendaris Ramayana ini pun menyuguhkan iringan musik dan pencahayaan yang memikat hati.

“Aku baru pertama ini lihat Sendratari (Ramayana).Awalnya penasaran aja, habis lihat ternyata bagus banget. Ini bisa jadi ciri khas Solo,” ujar Dinar, 21, mahasiswa Universitas Sebelas Maret asal Jakarta.

Advertisement

Kelanjutan lakon Sinta Ilang ini berkisah tentang perjalanan Anoman menyelamatkan Sintha. Di tangan seniman WO Sriwedari, pentas ini terasa beda. Hadirnya kuartet Punakawan memberi warna tersendiri bagi pentas berdurasi 120 menit itu. Penonton kerap terpingkal dengan ulah Petruk dkk yang mengerjai sang ayah, Semar.

“Huu..Gareng mati. Tapi durung dikubur, ra duwe dhuwit,”ucap Petruk yang ngakali Semar untuk mendapat rupiah.
Pentas kedua Sendratari Ramayana di Taman Balekambang itu terhitung sukses. Selain antusiasme yang tinggi dari warga, pentas tersebut sangat cair dan bermakna. Seorang bocah sempat berlari menuju panggung untuk memberi uang pada Punakawan.

“Di pentas ini, kami memang sengaja membawa tokoh Punakawan. Ini khasnya WO Sriwedari,” ujar sang sutradara, Diwasa.

Advertisement

Ditambahkan Diwasa, lakon Anoman Obong sarat dengan kritik sosial. Salah satunya tentang memakai akal sehat dalam menghadapi masalah. “Jangan mendadak anarkis seperti demonstrasi BBM yang marak belakangan ini. Semua masalah ada solusinya jika kita tetap berkepala dingin.”

Kepala UPTD Taman Balekambang, Endang Sri Murniyati, terus mengundang publik Solo untuk berpartisipasi memeriahkan Sendratari Ramayana. Untuk pentas terdekat, pihaknya siap menyuguhkan Brubuh Alengka yang dibawakan Sanggar Sang Rama Budaya Solo, 4 Mei mendatang. “Pentas ini rutin sebulan sekali dan gratis. Cukup di Balekambang untuk melihat pentas cantik Ramayana,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif