SOLOPOS.COM - Timbul (kapanlagi)

Solopos.com, SOLO – Menjadi pelawak bukan perkara mudah. Ahli seni peran bahkan mengakui kesulitan memendalami peran pelawak. Hal ini yang membuat banyak pemeran seni lawak namanya relatif awet bertahan.

Beberapa bulan lalu kita dikejutkan dengan meninggalnya Djuhri Masdjan atau Jojon. Belum selesai, kini Mamiek Prakoso menyusul. Keduanya tentu membuat banyak pihak kehilangan.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ungkapan Politisi Budiman Sudjatmiko dalam akun twitternya, Kamis (6/3/2014), mungkin bisa dijadikan gambaran. “Orang lucu wafat itu tragedi… krn alasan kita u/tertawa jd makin sedikit :(( Inalillahi wa’inailaihi roji’un #jojon,” tweet Budiman Sudjatmiko.

Meski begitu, namanya akan selalu dikenal. Serupa dengan sejumlah nama insan lawak yang hingga kini masih setia menghiasi layar kaca.

Berikut redaksi Solopos.com sajikan kisah legendaris 5 tokoh lawak yang meninggal mengejutkan.

Bing Slamet

Bing Slamet

Bing Slamet bukan hanya dikenal sebagai pelawak. Dia sama baiknya ketika bernyanyi dan bernain film. Nama Bing Slamet begitu populer di tahun 1960-an hingga 1970-an.

Bing Slamet (wikipedia)

Bing Slamet (wikipedia)

Bing Slamet lahir di Cilegon, Banten, 27 September 1927 dan meninggal di Jakarta, 17 September 1974 pada umur 46 tahun. Nama aslinya Ahmad Syech Albar. Bersama Kwartet Jaya, Bing Slamet merajai panggung lawak Indonesi. Kwarter jaya terdiri dari Ateng, Iskak dan Eddy Sud.

Namanya sebenarnya pertama kali berkibar ketika bergabung dengan grup musik Eka Sapta yang dimulai pada tahun1963, bersama beberapa nama terkenal seperti Yamin Wijaya, Ireng Maulana, Itje Kumaunang, Benny Mustapha dan Idris Sardi. Dia juga banyak bermain dalam film-film komedi pada era tahun 1960-an dan 1970-an.

Untuk mengenangnya Titiek Puspa menciptakan lagu yang berjudul Bing.

Benyamin Sueb

Benyamin Sueb (youtube)

Benyamin Sueb (youtube)

Benyamin Sueb

Celetukan “muke lu jauh” atau “kingkong lu lawan” pasti mengingatkan masyarakat pada Benyamin Sueb. Benyamin Sueb adalah aktor, pelawak, sutradara dan penyanyi legendaris Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.

Peninggalan-peninggalannya masih terasa hingga kini. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972),Intan Berduri serta Si Doel Anak Betawi (1976) yang disutradari Syumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam Intan Berduri, Benyamin mendapatkan piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Benyamin yang telah empat belas kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada tanggal 5 September 1995, akibat serangan jantung. Benyamin dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, teman, dan sosok yang sangat memengaruhi hidupnya.

Nanu, Kasino & Dono Warkop

Nanu, Kasino & Dono Warkop

Dalam daftar Grup lawak paling berpengaruh di Nusantara, barangkali nama Warkop akan selalu disebut di jajaran teratas. Sejumlah film komedi yang dihasilkan masih bertahan bahkan hingga kini.

Kini Warkop hanya tinggal Indro dalam skuad Warkop. Ketiga personelnya telah meninggal. Nanu terlebih dahulu berpulang. Kasino dan Dono meninggalkan Indro dengan kenangan manisnya semasa menjadi Trio DKI yang melegenda.Warkop (kaskus)

Warkop atau sebelumnya Warkop Prambors, juga kemudian dikenal sebagai Trio DKI adalah grup lawak yang dibentuk oleh Nanu Mulyono, Rudy Badil, Wahjoe Sardono atau Dono, Kasino Hadiwibowo dan Indrodjojo Kusumonegoro atau Indro. Nanu, Rudy, Dono dan Kasino adalah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Jakarta sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta. Mereka pertama kali meraih kesuksesan lewat acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors.

Acara lawakan setiap Jumat malam antara pukul 20.30 hingga pukul 21.15, disiarkan oleh radio Prambors yang bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, alias Menteng Pinggir.

Wikipedia, dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang ‘ndeso’ itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi.

Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.

Timbul Suhardi

Timbul Suhardi

Timbul (kapanlagi)

Timbul (kapanlagi)

Timbul Suhardi berada di dua grup lawak papan atas Indonesia. Bersama Srimulat namanya dikenal luas. Setelahnya Yayasan Paguyuban Kesenian Samiaji didirikannya dengan menghasilkan Ketoprak Humor yang populer di salah satu stasiun TV.

Timbul terlahir dari keluarga seniman tradisional. Orangtuanya Djumadi dan Suhardi, dulu pimpinan ketoprak wayang orang “Margo Utomo”. Ia bergabung ke beberapa grup ketoprak untuk menimba ilmu. Tilmbul pun menguasai ketrampilan bermain wayang orang dan penyutradaraan ketoprak.

Timbul bergabung dengan Srimulat pada tahun 1979 dan menjadi sutradara Srimulat pada tahun 1983. Namun dia memutuskan untuk keluar pada tahun 1986 karena honor yang tidak mencukupi.

Pada pertengahan 1998, bersama mantan anggota grup pelawak Srimulat, Timbul mendirikan Yayasan Paguyuban Kesenian Samiaji, beranggotakan 80 orang, yang salah satu produknya Ketoprak Humor. Ketoprak humor meroketkan sejumlah nama seperti duet Topan dan Lesus serta Marwoto.



Pada 26 Maret 2009, Timbul menghembuskan napas terakhir akibat komplikasi penyakit stroke, vertigo dan diabetes yang dideritanya. Timbul menutup usia pada usia 66 tahun.

Jojon – Djuhri Masdjan

Jojon – Djuhri Masdjan

Jojon (kaskus)

Jojon (kaskus)

Djuhri Masdjan atau lebih akrab disapa Jojon menciptakan pakem yang menarik bagi dunia lawak nasional. Dengan gayanya yang khas, Jojon menjadi panutan sejumlah pelawak. Bahkan hingga kini lawakannya masih dapat dinikmati.

Sebagai pelawak Jojon punya karakter kuat. Penampilannya di panggung dan luar panggung sangat bertolak belakang.

Pria yang ngetop dengan mimik jenaka, celana menggantung, dan kumis ala Charlie Chaplin itu mulai dikenal saat bergabung dengan grup lawak Jayakarta. Bersama lima personelnya kala itu. Kelompok ini sempat ngetop dalam dunia lawak di era 1970-an dan 1980-an. Mereka tetap bertahan meski saat itu lahir generasi baru kelompok lawak, seperti Warung Kopi DKI dan Bagito.

Namun, lambat laun perahu Grup Jayakarta mulai goyah. Satu per satu anggotanya hengkang. Hasanuddin atau tenar disapa U’u, Suprapto alias Esther, Chaplin, dan Jojon memilih bersolo karier. Tinggal Cahyono (yang kini menjadi pemuka agama) bertahan sebagai anggota kelompok itu. Empat nama di atas, selain Cahyono, sudah mangkat.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya