SOLOPOS.COM - Mbah Prapto Suprapto Suryodarmo (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Mbah Prapto Suprapto Suryodarmo (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Wacana menyertifikasi seniman yang diapungkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) belum lama ini ditolak mentah-mentah oleh sejumlah seniman Solo. Mereka menilai ide tersebut bisa mengkerdilkan kreativitas para seniman di jalur informal. Sementara Kemendikbud menyatakan sertifikasi tersebut penting untuk meningkatkan profesionalitas seniman di mata dunia.

Promosi Enjoy the Game, Garuda! Australia Bisa Dilewati

Sesepuh tari Solo, Suprapto Suryadormo, menganggap wacana Pemerintah itu terburu-buru dan terkesan mengada-ada. Pasalnya, sudah ada jalur tersendiri bagi masyarakat yang ingin menjadi seniman profesional.
“Jalurnya ya lewat pendidikan seperti SMKI, ISI. Menurut saya, mereka tak perlu lagi disertifikasi karena ilmunya jelas,” ujar lelaki yang akrab disapa Mbah Prapto ini kepada solopos.com, Rabu (2/5/2012).

Mbah Prapto menilai, langkah sertifikasi itu bisa semakin bahaya jika menyentuh para seniman informal. Menurutnya, penyeragaman lewat sertifikasi bisa membunuh kehidupan dan kreativitas seniman informal. “Bukannya menyejahterakan, malah justru membebani. Pemerintah itu harusnya memelihara para seniman ini, lewat subsidi langsung misalnya. Mereka tak perlu sertifikasi,” tegasnya sekali lagi.

Hal senada diutarakan dalang Ki Jlitheng Suparman. Dalang yang sering dicap kontroversial ini menuding sertifikasi adalah cara baru Pemerintah untuk mengontrol sepak terjang seniman. Ia juga mencium gelagat politis dari wacana tersebut. “Bisa saja seniman nanti dimobilisasi untuk menuruti kemauan Pemerintah. Bagi saya, ini ide yang ngayawara.”

Menurutnya, wacana sertifikasi telah cacat sejak dilahirkan. Pasalnya, sambung dia, sangat sulit mengategorikan seseorang itu seniman atau bukan. Jlitheng menegaskan, yang bisa menilai seseorang itu seniman adalah publik. “Bukan Pemerintah. Lagipula akan sangat sulit membikin indikator-indikatornya karena cabang seni itu sangat beragam. Buang-buang waktu saja,” kritiknya.

Di mata Jlitheng, alasan Pemerintah yang ingin meningkatkan profesionalitas seniman lewat sertifikasi adalah bualan belaka. Jika urusannya go international, lanjutnya, Pemerintah harusnya bikin semacam pelatihan manajemen industri. “Seniman go international itu kan urusan bisnis juga. Tak perlu repot-repot menyertifikasi ribuan seniman,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya