SOLOPOS.COM - Popcon Asia 2016 (Twitter)
Popcon Asia 2016 resmi dimulai. Jagoan lokal Indonesia ikut meramaikannya.
Solopos.com, JAKARTA — Hajatan Popcon Asia 2016 resmi dibuka. Sederet jagoan lokal, mulai dari Wiro Sableng, Si Buta dari Gua Hantu, ikon re
Kehadiran mereka untuk menggelar sebuah pertunjukan berjudul Insanirium yang mengusung tema revolusi industri kreatif di Indonesia. Di pertunjukan berdurasi 10 menit itu para jagoan lokal melawan arus industri asing yang makin digemari masyarakat. Mereka menyatukan kekuatan untuk memberantasnya.
“Hadir untuk kali kelima, Popcon Asia kali ini mengangkat tema tentang Pop Revolution. Sambutan Popcon Asia 2016 semakin meriah dan bertambah kuat, kreator Tanah Air makin kuat dan potensi industri kreatif makin berkembang,” ujar CEO Revata sekaligus pengagas Popcon Asia, Grace Kusnadi, dalam sambutannya, seperti dilansir Detik, Jumat (12/8/2016).
Ketua Badan Industri Kreatif Indonesia, Triawan Munaf, juga memberikan sambutan yang mendukung penyelenggaran Popcon Asia. “Semoga para kreator lokal ikut bersaing, tidak hanya sesama kreator lokal tapi juga global,” tutur Triawan.
Seperti dikutip dari Antara, Jumat, tahun ini Popcon Asia menargetkan lebih dari 40.000 pengunjung, yang akan memadati 225 booth penggiat kreatif tanah air. Tahun lalu, Popcon Asia didatangi lebih dari 37.000 orang pengunjung yang menghasilkan penjualan dengan nilai lebih dari Rp25 miliar.
Pelaku industri kreatif yang berpartisipasi tahun ini antara lain Ross Tran (Amerika Serikat), Stanley Lau (Singapura), Lius Lasahido (Indonesia), Russel Carpenter (Amerika Serikat), Park Taejoon (Korea Selatan), Artime Joe (Korea), Dhado Wacky (Indonesia), Bryan Lie (Glitch Network).
Selain itu ada Sweta Kartika (comic artist & illustrator), Garrie Gastony (Indonesia), Emte (Indonesia), Dennis Adishwara (Layaria Network), Vidi Aldiano (Indonesia), Mayumi Haryato (Indonesia), Peter van Dongen, Faza Meonk, Evi Shelvia, Atreyu Moniaga, Eric Noah, Alti Firmansyah, Jessica Cholinne, C.Suryo Laksono, Dini Marlina, Jhosephine Tanuwidjaja, Donna Conrad (Amerika), dan Paulus Hyu.