SOLOPOS.COM - (JIBI/SOLOPOS/istimewa)

(JIBI/SOLOPOS/istimewa)

Di tengah banjir film dengan tema seragam, Deny Ardianto mencoba bereksperimen di film terbarunya, Risang Tetuka. Film yang mengangkat dinamika kesenian wayang orang ini akan dikonsep menjadi film tari. Sejumlah seniman tari Solo seperti Djarot Budi Darsono dan Danang Pamungkas pun ambil bagian dalam film ini.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Ditemui Solopos.com di Universitas Sebelas Maret Solo, Rabu (25/7/2012), Deny bercerita tentang film bergenre drama tari fiksi tersebut. Menurut lelaki yang juga dosen Fakultas Sastra Seni Rupa UNS itu, Risang Tetuka ingin menyampaikan potensi seni  dalam format film tari. Selama ini, imbuhnya, film tari belum banyak dikenal dan diproduksi di masyarakat.
“Padahal Indonesia memiliki banyak ragam dan jenis tari, khususnya tradisi. Kami coba mengemasnya dalam film, media yang menurut kami paling universal dan menyentuh sasaran,” terang lulusan S2 di HBK Braunschweig itu.

Deny mengatakan, film berdurasi 60 menit ini mengambil tokoh utama Gatotkaca. Menurutnya, Gatotkaca adalah tokoh wayang paling dikenal dan menjadi representasi ideal jiwa muda. “Di sini, saya tidak mengidentikkan Gatotkaca dengan otot kawat balung wesi. Namun lebih ke fenomena candradimuka-nya. Bagaimana dia harus melalui perjalanan hidup. Bisa dibilang, semua orang adalah Gatotkaca,” terangnya.

Secara khusus, ia mencermati kehidupan wayang orang dalam filmnya tersebut. Dikisahkan, paguyuban wayang orang yang diasuh Arya Bima, ayah Gatotkaca, terancam bangkrut karena ketiadaan penonton. Dalam proses hidupnya, Gatotkaca sempat dianggap “mbalela” karena justru pergi ke kota dan mengabaikan paguyuban. “Padahal di kota itu dia banyak berkenalan dengan hal baru. Dengan pengalamannya, ia membikin format baru wayang orang yang diminati masyarakat.”

Sesuai konsepnya sebagai film tari, lanjut Deny, Risang Tetuka akan lebih mengeksplor visual tubuh sebagai bahasa tutur. Meski demikian, ia mengakui belum ada pakem yang jelas tentang film tari di Indonesia. “Beda dengan luar negeri yang memang fokus pada gerak dan musik. Di sini, diskursus ihwal film tari masih sangat longgar. Opera Jawa karya Garin pun menurut saya film tari,” bebernya.

Lebih lanjut, Deny menyebut film yang ber-setting di Soloraya itu baru mencapai tahap pre-produksi. Pihaknya menargetkan November film tersebut telah mencapai proses syuting. “Jika lancar, Januari 2013 Risang Tetuka akan di-launching. Sekarang kami juga masih sibuk mencari pendanaan,” kata Deny.

Menurut dia, Risang Tetuka tak akan diarahkan menjadi film komersil. Risang Tetuka, imbuhnya, akan diplot menjadi film yang siap dilempar di festival film tingkat nasional dan internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya