SOLOPOS.COM - Penampilan delegasi Hamkri Sumatera Selatan dalam Solo Keroncong Festival (SKF) di halaman Balai Kota Solo, Sabtu (14/9/2013) malam. (Agoes Rudianto/JIBI/Solopos)

Penampilan delegasi Hamkri Sumatera Selatan saat tampil dalam Solo Keroncong Festival (SKF) di halaman Balai Kota Solo, Sabtu (14/9/2013) malam. (Agoes Rudianto/JIBI/Solopos)

Penampilan delegasi Hamkri Sumatera Selatan saat tampil dalam Solo Keroncong Festival (SKF) di halaman Balai Kota Solo, Sabtu (14/9/2013) malam. (Agoes Rudianto/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Ratusan seniman keroncong dari berbagai daerah menyihir warga Solo dalam Solo Keroncong Festival 2013 di Balai Kota Solo, Sabtu (14/9/2013) malam. Para seniman tersebut membawakan lagu dengan instrumen dan alat musik sendiri.

Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis

Para seniman keroncong yang tampil antara lain grup D’Java dari Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret (FSSR UNS), Sixtynine dari Cilacap, Hamkri dari Sumatera Selatan, Lapsek dari Sawah Lunto, Bintang Swalayan dari Salatiga, Pesona Dewata dari Bali dan Pesona Jiwa dari Jakarta.

Para seniman tersebut membawakan lagu mereka dengan cara mereka masing-masing. Kelompok Hamkri dari Sumatera Selatan, misalnya, membawakan sejumlah lagu keroncong melayu. Seorang penyanyi wanita menyanyikan lagu Laila Canggung dengan diiringi sepasang penari yang menari sesuai dengan ritme lagu. Ribuan penonton yang tak asing lagi dengan lagu tersebut pun turut bernyanyi. Seusai tampil, Hamkri yang berkali-kali menjuarai lomba keroncong nasional itu pun mendapatkan tepuk tangan dari sejumlah penikmat musik keroncong. Selain laila canggung, mereka juga membawakan lagu Empek-empek Lenjer, Yasaman dan Irama Malam.

Beda halnya dengan kelompok Lapsek dari Sawah Lunto, Sumatera Barat. Di hadapan ribuan penonton, mereka membawakan lagu keroncong dengan alat musik Bansi. Alat musik tiup itu mengiringi lagu Nasib Sawah Lunto yang menceritakan tentang kerusakan alam di daerah tersebut.

“Apa pun yang dicari, semua hanya akan mengeluarkan airmata,” ujar pimpinan kelompok Lapsek, Aan, saat ditemui Solopos.com seusai tampil. Berturut-turut selanjutnya lagu Hitam Manis, Kasiah Tak Sampai dilantunkan dan dipungkasi dengan lagu Risalam.

Sementara itu, salah satu artis rock dari Bandung, Mel Shandy, yang malam itu mengenakan topi gemerlap dan bergaya rock dan tampil bersama kelompok Pesona Jiwa, Jakarta, membawakan beberapa lagu keroncong. Penyanyi asal Sunda ini antara lain membawakan lagu Bianglala dan Sahabatku dari Nike Ardila.

Ia mengatakan menyanyikan lagu sendiri disertai iringan musik keroncong adalah hal baru baginya.

“Ini tantangan tersendiri buatku. Meskipun musiknya keroncong, tapi tidak menghilangkan ciri khasku di musik rock. Asal tidak disuruh pakai kebaya saja saya mau, soalnya ribet kalau harus pakai kebaya,” kelakar Mel Shandy saat ditemui Solopos.com di belakang panggung.

Ia mengatakan musik keroncong harus dipertahankan sebab itu sebagai salah satu identitas budaya asli Indonesia. Keroncong yang selama ini identik dengan musiknya orang-orang tua, sambungnya, kini sudah banyak digandrungi oleh anak-anak muda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya