SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/istimewa)

(Solopos.com) – “Saya ingin mendatangkan grup musik Metallica. Saya yakin Solo mampu untuk itu” Optimisme tingkat tinggi tersebut pernah meluncur dari bibir Walikota Solo, Joko Widodo. Optimisme itu pun seakan menjadi gambaran betapa terbukanya Kota Solo terhadap musik rock dewasa ini. Mulai dari kampung, sekolah hingga gedung megah, acara rock makin mudah ditemui dan dinikmati.

Kontras dengan kondisi tahun 1990-an. Bagi pelaku dan penikmat rock Kota Bengawan yang berusia 40 tahun ke atas, tentu tak akan lupa dengan atmosfer rock pada medio tersebut. Kala itu, konser musik rock seakan diberangus. Dianak tirikan karena dianggap musik gedumbrangan dan menjurus anarki. “Saya tak tahu pasti alasannya. Yang jelas, waktu itu rock seperti tak dikasih tempat. Mau ngadain acara, birokrasi sulitnya bukan main,” ujar Satrio Rikanto, vokalis Java Stones, saat ditemui Espos di Kartopuran, akhir pekan lalu.

Menurut lelaki yang akrab disapa Rick Jagger ini, ketidakberpihakan pemerintah berimbas pada minimnya event rock hingga awal tahun 2000. Para sponsor dan partikelir, imbuhnya, jadi berpikir ulang bila ingin menggelar ajang rock di Solo. “Memang di medio itu Yngwie Malmsteen dan Power Slaves pernah main di sini. Namun secara keseluruhan, intensitas event rock tidak berkembang,” kata Ketua Komunitas Rocks Surakarta (Kors) ini.

Ingatannya lantas melayang pada suasana tahun 1970-1980-an. Pada waktu itu, band seperti Trencem, Java Stones, Kaisar dan Yap Brothers meraih kebebasan dan kejayaan dalam berkarya. Penikmat musik rock pun berpesta pora. Setiap pekan, imbuhnya, ratusan penggila rock Solo selalu memadati GOR Manahan. “Kalau melihat kondisi sekarang, saya rasa reinkarnasi era 1980-an itu sudah dekat. Kini, intensitas acara dan animo penggemar rock kembali meningkat.”

Hal itu diamini vokalis Down for Life, Stefanus Setiaji. Menurut Aji, event rock kini makin mudah ditemui di lingkungan masyarakat Solo. Tak hanya yang acara megah seperti yang dibikinnya dalam Rock in Solo beberapa waktu lalu, imbuhnya, hajatan rock telah merasuk hingga kampung-kampung. “Sekarang banyak acara rock yang dibuat mandiri oleh anak muda. Seperti Tawangsari Hardcore dan Gandekan Rock City. Hal ini tak terlepas dari makin mudahnya perizinan acara rock,” tukasnya.

Dari segi musikalitas band, Aji pun angkat jempol. Menurut lelaki yang juga berprofesi announcer ini, band-band rock baru sudah mampu dan berani mempertunjukkan karyanya kepada khalayak. “Kalau rockstar dulu kan lebih pada berusaha mirip seperti siapa. Kalau sekarang, mereka lebih bisa berekspresi jadi diri sendiri. Ungkapan do it yourself pun benar-benar mereka praktikkan,” katanya.

Dipaparkan Aji, band-band rock era baru seperti Sweet Killer, Bandoso, Yellow Cab Machine mulai mendapat tempat di tataran rock Solo. “Kelebihan band rock saat ini dibanding yang dulu juga terletak pada promosi. Kini, pegiat rock bisa dengan mudah menyebarluaskan info lewat Facebook, Twitter atau MySpace,” katanya.

Menurut data yang dihimpun Espos dari Kors, di Soloraya tercatat ada 78 band rock yang eksis hingga kini. Jumlah tersebut, menurut Rick Jagger, bisa jauh lebih besar.” 78 itu yang tercatat mendaftar anggota Kors. Saya yakin banyak band rock di luar sana yang belum terdata. Kalau dikelola dengan baik, band-band ini bisa jadi kekuatan rock besar di Kota Solo,” ucapnya.

Bassis Power Beat, Heru Widodo menambahkan, saat ini komunitas-komunitas rock di Solo juga semakin bagus dan berkembang. Komunitas, imbuhnya, rajin membuat event-event secara mandiri. “Zaman dulu nyari pentas susah Mas. Sekarang komunitas bisa survive bikin acara sendiri,” kata bassis kawakan Solo ini. Meski sudah berjalan di trek yang benar, ia mewanti-wanti pelaku musik rock untuk menjaga kualitas bermusiknya. “Rock harus bisa jaga kualitas, jangan asal keras,” tukasnya.

Harapan senada diapungkan Rick Jagger. Menurutnya, skill luar biasa tak ada artinya jika tak bermain dengan jiwa. “Mungkin hal satu inilah yang bikin saya kecewa dengan band rock muda. Tambahan piranti berteknologi tinggi justru membuat mereka kurang bermain dengan jiwa. Namun saya tetap bangga dengan semangatnya. Masa depan musik rock Solo ada di tangan mereka,” pungkasnya.

Chrisna Chanis Cara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya