SOLOPOS.COM - PAMERAN—Pengunjung melihat pameran bertajuk Asian Watercolour Expression 2012 yang berlangsung 22-30 Mei. Pameran ini diikuti 54 pelukis Indonesia, dan sisanya berasal dari negara Asia lain seperti China, Hong Kong, Jepang, Korea, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. (JIBI/Harian Jogja/Kurnianto)

PAMERAN—Pengunjung melihat pameran bertajuk Asian Watercolour Expression 2012 yang berlangsung 22-30 Mei. Pameran ini diikuti 54 pelukis Indonesia, dan sisanya berasal dari negara Asia lain seperti China, Hong Kong, Jepang, Korea, Myanmar, Thailand, dan Malaysia. (JIBI/Harian Jogja/Kurnianto)

Alis serta rambunya tebal berwarna hitam, bibirnya pun merah merekah. Mengenakan gaun merah dipadu kemeja hitam, gadis cantik asal China itu terlihat asyik membaca sembari tersenyum manis. Sayang dia hanya lukisan yang terpajang di salah satu bagian dinding Bentara Budaya.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Karya itu hasil lukisan pelukis asal China Houxing Chan berjudul Student. Lukisan tersebut salah satu lukisan yang dipajang di antara 138 lukisan dari 85 karya pelukis Asia dalam pameran bertajuk Asian Watercolour Expression 2012 yang berlangsung 22-30 Mei. Pameran ini diikuti 54 pelukis Indonesia, sedangkan sisanya berasal dari negara Asia seperti China, Hong Kong, Jepang, Korea, Myanmar, Thailand, dan Malaysia.

Lukisan Student menjadi sorotan pada malam pembukaan pameran. Ratusan pasang mata pengunjung terus memandangnya. Bukan saja memiliki warna dinamis, lukisan itu nyaris tanpa celah dalam mewujudkan sesosok wanita cantik.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X yang turut hadir dalam pembukaan pameran mengaku terkesima dengan karya milik Irwan Widjayanti berjudul Dancing Leader. Dalam lukisan berukuran 56X76 cm itu terlihat empat penari Bali, namun hanya satu penari yang terlukis jelas. Tiga penari lainnya hanya samar yang diominasi warna hijau.

“Saya suka sekali dengan lukisan itu,” kata Sultan kepada wartawan Selasa (22/5).

Menariknya, lukisan itu diolah menggunakan cat air yang notabene memiliki tingkat kesulitan lebih rumit. Ane Lukardi, pelukis paruh baya asal Jakarta yang juga merupakan peserta pameran menjelaskan melukis dengan menggunakan cat air membutuhkan ketelatenan luar biasa.

“Sedikit sekali salah goresan bisa berakibat fatal karena pelukis bisa mengulang kembali ke kertas baru,” ujar Ane kepada Harian Jogja.

Pelukis yang tergabung dalam komunitas Indonesia Watercolour Society itu mengaku sejak pertama kali mengenal dunia lukis pada 1960-an langsung kepincut dengan metode cat air. Padahal di Indonesia, kata dia, banyak yang berbondong-bondong pindah ke cat minyak.

“Sebagian pelukis beranggapan kalau cat air itu merupakan basic bagi pelukis. Tingkatannya di bawah cat minyak,” tandas Ane yang memamerkan wujud kucing dalam karya yang berjudul Cleaning Myself itu.

Bagi Ane, suatu tantangan tersendiri ketika bisa memindahkan volume air cat ke dalam kertas kanvas. Bahkan almarhum Roesli, salah satu maestro lukis cat air era 1960-an juga merasakan kesulitan saat melukis dengan metode cat minyak. “Alm Roesli pun beberapa kali berganti kertas saat melukis. Hal itu bagi kami merupakan suatu tantangan,” tandasnya.

Lain lagi dengan JB Iwan Sulistyo, salah satu peserta pameran lain yang berpendapat minimnya ketertarikan pelukis di Indonesia menggunakan metode cat air lantaran di Indonesia bersuhu tropis. “Kalau suhu tropis memang lukisan tidak akan bertahan lama. Itu kenapa lukisan cat air di Eropa bisa lebih berkembang karena memang cuaca disana suhu dingin lebih mendukung,” tandasnya.

Anggi Minardi, Direktur Karta Pustaka yang juga menjabat sebagai Dewan Kebudayaan Jogja menjelaskan lukisan cat air lebih berkembang di Eropa. Di Belanda, misalnya, lukisan cat air kerap digunakan sebagai sampul majalah karena warna cenderung lebih soft. Karena itu pameran lukisan cat air tergolong langka di Indonesia. “Saya saja terakhir melihat pameran ini di Jogja pada 1995 silam saat kami memamerkan karya milik alm Roesli,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya