SOLOPOS.COM - Ilustrasi film (Dok. Harian Jogja)

Solopos.com, BALIKPAPAN — Lembaga Sensor Film (LSF) mendorong swasensor film produksi nasional agar tontonan yang tersaji sesuai dengan identitas sebagai bangsa yang memiliki aneka ragam budaya.

Sekretaris Komisi A Bidang Regulasi dan Advokasi LSF Febry Calvin Tetelepta mengatakan lembaga yang berdiri di bawah Kemendikbud itu tidak memiliki perangkat untuk menindak film yang belum disensor ke pasaran. Selama ini, LSF bekerja sama dengan polisi untuk mengoperasi film ilegal yang beredar di pasaran karena belum disensor.

Promosi Banjir Kiper Asing Liga 1 Menjepit Potensi Lokal

“Karena itu, kami mengharapkan agar selfcensorship ini benar-benar bisa berjalan karena kewenangan kami yang terbatas tadi,” ujarnya di sela-sela Sosialisasi Kebijakan LSF di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (19/9/2013).

Selama ini, LSF menunggu laporan baik dari rumah produksi maupun importir untuk menyensor film yang akan beredar. Penyensoran juga hanya dilakukan pada adegan yang dianggap tidak sesuai yang tidak mengubah jalan cerita sehingga para seniman film tidak merasa dimatikan ide kreatifnya.

Febry mencatat hanya 200 film produksi impor dan 60 film produksi dalam negeri yang telah disensor oleh LSF pada 2012. Dari angka tersebut, masih ada banyak judul film yang dijual di lapak kaki lima yang hingga saat ini masih belum disensor oleh LSF.

“Kami pernah menemukan sendiri, ada yang film sudah beredar di lapak kaki lima sejak 2008 sampai sekarang belum pernah masuk LSF. Ada pula, yang baru masuk ke LSF setelah dua tahun sebelumnya sudah beredar di masyarakat melalui jalur ilegal,” tukasnya.

LSF, imbuh Febry, juga ketat terhadap penentuan kategori umur dari film yang disensor tersebut. Film untuk anak, remaja, bimbingan orang tua, dewasa hingga remaja dengan bimbingan orang tua memiliki kriteria yang berbeda-beda. “Misalnya untuk iklan rokok, meskipun tidak menyebutkan secara langsung merek rokoknya kami langsung beli label dewasa.”

Industri perfilman nasional, menurutnya, juga perlu untuk mendorong kearifan lokal dari suatu daerah agar dapat bersaing dengan film nasional maupun internasional. Hanya saja, Febry menekankan perlunya untuk memperhatikan tak hanya pada ide cerita tetapi juga pada setting dan penokohan. “Jangan sampai idenya lokal tetapi aktornya berwajah orang asing. Ini kan lucu karena tidak sesuai dengan kondisinya,” katanya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kota Balikpapan Saiful Bachri juga mendorong adanya film yang diproduksi oleh rumah produksi lokal. Selain untuk mengenalkan kearifan lokal, film juga bisa menjadi ajang promosi daerah pada obyek wisata atau lokasi khas yang nantinya dapat mengerek jumlah kunjungan wisata.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya