SOLOPOS.COM - MUSIK NUSANTARA—Gaung Nusantara merupakan konser kolaborasi enam angkatan jurusan Etnomusikologi di auditorium Etnomusikologi ISI Jogja, Minggi (11/3). (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIA SUSANTI)

MUSIK NUSANTARA—Gaung Nusantara merupakan konser kolaborasi enam angkatan jurusan Etnomusikologi di auditorium Etnomusikologi ISI Jogja, Minggi (11/3). (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIA SUSANTI)

Pak ketipak ketipung, kita ini orang Melayu. Pak ketipak ketipung, nah, apa lagi yah? Ada roker lalu beradu.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

Tak melayu maka tak metal.  Itulah jadinya kalau musik etnis dan musik metal seperti di atas berkolaborasi, Metal alias melayu total.

Paduan pukulan jimbe dan kendang, tiupan seruling,  gesekan biola, akordion, dan petikan bass melahirkan dendang rancak penuh kebersamaan.

Membawakan lagu melayu dalam aransemen musik metal menjadi pilihan para mahasiswa jurusan Etnomusikologi ISI angkatan 2009.

Bersama lima angkatan lainnya, mereka mengisi konser kolaborasi bertajuk Gaung Nusantara di auditorium jurusan Etnomusikologi, ISI Jogja, Minggu (11/3) malam.

Menonton konser tersebut seperti menonton pluralitas musik etnik Indonesia. Berbagai musik etnik nusantara dikemas apik dalam aransemen modern namun tanpa meninggalkan rasa etniknya.

Musik Bali, Jawa, Sunda, Minang, Banyuwangi, bahkan Melayu saling berkolaborasi membentuk semangat musik nusantara.

“Semua anggota Etnomusikologi berasal dari berbagai penjuru nusantara. Kami punya satu tujuan yang sama yakni untuk mengangkat seni tradisi itu,” jelas Putu Eka Adi Saputra, pimpinan produksi konser tersebut.

Konser Gaung Nusantara tersebut sekaligus menandai grand launching Kelompok Kegiatan Mahasiswa (KKM) Bambu Runcing dalam jurusan tersebut.

Tema konser malam itu memang tak jauh beda dengan makna logo bambu runcing yang diluncurkan. Bambu runcing merupakan simbolisasi untuk mempertahankan seni tradisi Indonesia, khususnya musik etnik dari gempuran kebudayaan baru (Barat).

“Bambu runcing itu kan senjata khas kita dalam melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan. Itu adalah simbolisasi dengan seni tradisi Indonesia yang sekarang masih bertahan dari gempurang kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk di nusantara,” terang mahasiswa angkatan 2009.

Eka berharap,  KKM Bambu Runcing dapat menjadi wadah komunikasi untuk mahasiswa Etnomusikologi untuk bersama-sama mengangkat musik etnik Indonesia.

Ke depannya,  Eka yang juga ketua KKM tersebut akan mengajak teman-temannya untuk menggali dan mengkaji musik-musik etnik pedalaman nusantara yang belum terjamah.

“Harapannya, KKM ini dapat menjadi wadah komunikasi untuk mahasiswa Etnomusikologi, kami punya tujuan untuk seni itu sendiri. Kami ini satu keluarga, dari manapun kami berasal. Rencana, kami mau ngangkat musik etnik lain yang belum terjamah seperti di pedalaman,” urai mahasiswa asal Bali ini.

Konser enam angkatan jurusan musik Etnomusikologi itu ditutup dengan kolaborasi semua angkatan. Tentu saja dalam penampilan pamungkas tersebut, lebih banyak kolaborasi berbagai instrumen musik etnik yang ditampilkan. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya