Entertainment
Rabu, 14 Maret 2012 - 10:33 WIB

Tak Melayu Maka Tak Metal...

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MUSIK NUSANTARA—Gaung Nusantara merupakan konser kolaborasi enam angkatan jurusan Etnomusikologi di auditorium Etnomusikologi ISI Jogja, Minggi (11/3). (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIA SUSANTI)

MUSIK NUSANTARA—Gaung Nusantara merupakan konser kolaborasi enam angkatan jurusan Etnomusikologi di auditorium Etnomusikologi ISI Jogja, Minggi (11/3). (JIBI/HARIAN JOGJA/APRILIA SUSANTI)

Pak ketipak ketipung, kita ini orang Melayu. Pak ketipak ketipung, nah, apa lagi yah? Ada roker lalu beradu.

Advertisement

Tak melayu maka tak metal.  Itulah jadinya kalau musik etnis dan musik metal seperti di atas berkolaborasi, Metal alias melayu total.

Paduan pukulan jimbe dan kendang, tiupan seruling,  gesekan biola, akordion, dan petikan bass melahirkan dendang rancak penuh kebersamaan.

Advertisement

Paduan pukulan jimbe dan kendang, tiupan seruling,  gesekan biola, akordion, dan petikan bass melahirkan dendang rancak penuh kebersamaan.

Membawakan lagu melayu dalam aransemen musik metal menjadi pilihan para mahasiswa jurusan Etnomusikologi ISI angkatan 2009.

Bersama lima angkatan lainnya, mereka mengisi konser kolaborasi bertajuk Gaung Nusantara di auditorium jurusan Etnomusikologi, ISI Jogja, Minggu (11/3) malam.

Advertisement

Musik Bali, Jawa, Sunda, Minang, Banyuwangi, bahkan Melayu saling berkolaborasi membentuk semangat musik nusantara.

“Semua anggota Etnomusikologi berasal dari berbagai penjuru nusantara. Kami punya satu tujuan yang sama yakni untuk mengangkat seni tradisi itu,” jelas Putu Eka Adi Saputra, pimpinan produksi konser tersebut.

Konser Gaung Nusantara tersebut sekaligus menandai grand launching Kelompok Kegiatan Mahasiswa (KKM) Bambu Runcing dalam jurusan tersebut.

Advertisement

Tema konser malam itu memang tak jauh beda dengan makna logo bambu runcing yang diluncurkan. Bambu runcing merupakan simbolisasi untuk mempertahankan seni tradisi Indonesia, khususnya musik etnik dari gempuran kebudayaan baru (Barat).

“Bambu runcing itu kan senjata khas kita dalam melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan. Itu adalah simbolisasi dengan seni tradisi Indonesia yang sekarang masih bertahan dari gempurang kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk di nusantara,” terang mahasiswa angkatan 2009.

Eka berharap,  KKM Bambu Runcing dapat menjadi wadah komunikasi untuk mahasiswa Etnomusikologi untuk bersama-sama mengangkat musik etnik Indonesia.

Advertisement

Ke depannya,  Eka yang juga ketua KKM tersebut akan mengajak teman-temannya untuk menggali dan mengkaji musik-musik etnik pedalaman nusantara yang belum terjamah.

“Harapannya, KKM ini dapat menjadi wadah komunikasi untuk mahasiswa Etnomusikologi, kami punya tujuan untuk seni itu sendiri. Kami ini satu keluarga, dari manapun kami berasal. Rencana, kami mau ngangkat musik etnik lain yang belum terjamah seperti di pedalaman,” urai mahasiswa asal Bali ini.

Konser enam angkatan jurusan musik Etnomusikologi itu ditutup dengan kolaborasi semua angkatan. Tentu saja dalam penampilan pamungkas tersebut, lebih banyak kolaborasi berbagai instrumen musik etnik yang ditampilkan. (ali)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif