SOLOPOS.COM - BUKAN SEKEDAR TARI--Salah satu adegan dalam pementasan Polisi Tidur besutan Haryanto asal Madura dalam acara Bukan Sekedar Tari di Wisma Seni, TBS, Solo, Selasa (24/4/2012) malam. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

BUKAN SEKEDAR TARI--Salah satu adegan dalam pementasan Polisi Tidur besutan Haryanto asal Madura dalam acara Bukan Sekedar Tari di Wisma Seni, TBS, Solo, Selasa (24/4/2012) malam. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

Penonton Tidak Sekadar Tari di Pendapa Wisma Seni Taman Budaya Surakarta (TBS), Solo tak habisnya tertawa saat tari Polisi Tidur dibawakan, Selasa (24/4/2012) malam.

Promosi Gonta Ganti Pelatih Timnas Bukan Solusi, PSSI!

Pentas tari yang biasanya senyap dan elegan berubah layaknya adegan kocak penuh kejutan. Gelak tawa langsung menggema saat empat lelaki menari seperti orang linglung. Mengenakan rok coklat dan bertelanjang dada, mereka bergerak ke sana ke mari seolah mencari mangsa.

“Tarian ini menunjukkan keprihatinan terhadap sikap aparat penegak hukum,” ujar sang koreografer, Moh Hariyanto.

Ditambahkan dia, Polisi Tidur bukanlah tari yang mengejar kedinamisan dan keindahan. Pihaknya lebih memainkan simbol dan gerakan kocak untuk menyampaikan pesan. Pentas yang dibawakan kelompok tari dari Madura ini sukses menjadi klimaks penutup Tidak Sekadar Tari malam itu.

Sebelum pementasan Polisi Tidur, Tidak Sekadar Tari menyuguhkan pementasan tari berjudul Sang Penyamar karya Santi Pratiwi (Surabaya) dan Circle in The Ring karya Galih Mahara (Bandung).

Sementara seniman kawakan, ST Wiyono, yang menjadi pembahas tari malam itu menilai ketiga tarian sukses memaksanya menggunakan seluruh daya pikir untuk mencernanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya