SOLOPOS.COM - Jenasah GPH Herwasto Kusumo diberangkatkan dari Prangwedan Pura Mangkunegaran, Solo menuju Astana Girilayu, Karanganyar, Rabu (1/8/2012). Ketua Umum Sanggar Tari Soeryo Soemirat itu meninggal dunia dalam usia 51 tahun akibat penyakit jantung. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Jenasah GPH Herwasto Kusumo diberangkatkan dari Prangwedan Pura Mangkunegaran, Solo menuju Astana Girilayu, Karanganyar, Rabu (1/8/2012). Ketua Umum Sanggar Tari Soeryo Soemirat itu meninggal dunia dalam usia 51 tahun akibat penyakit jantung. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Lahir, besar dan meninggal untuk seni. Dialah GPH Herwasto Kusumo, adik KGPAA Mangkunegoro IX sekaligus pendiri Sanggar Tari Soerya Soemirat. Prosesi permakaman yang digelar di Prangwedanan Pura Mangkunegaran, Rabu (1/8/2012) siang, pun tak luput dari nuansa seni tradisi.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Sebuah tarian Jawa mengiringi kepergian lelaki yang akrab disapa Gusti Heru ini menuju Sang Ilahi.

Dipimpin penari Mangkunegaran yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, Wahyu SP, dua penari laki-laki tampak menari sambil merapal doa dalam gending Jawa. Di belakangnya terlihat keponakan Gusti Heru, GRM Paundrakarna, yang berjalan sambil membawa foto almarhum.

Suasana haru pecah saat puluhan penari putri Soerya Soemirat ikut menari menyertai jenazah. Mengenakan kebaya hitam berbalut samir warna kuning, mereka menari sambil berlinang air mata. Penari yang rata-rata berusia muda ini tampak tak kuasa menyembunyikan kesedihannya. “Tarian ini dipersembahkan sebagai ucapan selamat jalan bagi Gusti Heru,” ucap pejabat humas Soerya Soemirat, Esti Andrini, kepada Solopos.com.

Hampir tiga dekade memimpin Soerya Soemirat, Gusti Heru telah menorehkan banyak prestasi bagi ruang keseniannya ini. Esti menyebut, capaian itu sebenarnya bukan tujuan utama Gusti Heru di Soerya Soemirat. “Gusti Heru hanya ingin melestarikan dan mengembangkan khazanah budaya, khususnya seni tari,” ucapnya.

Pendapat senada dikatakan Mugiyono Kasido yang siang itu turut mengikuti upacara permakaman. Menurut seniman tari kontemporer ini, sosok Gusti Heru tak ubahnya pamong budaya. “Dialah yang melestarikan tari-tari di Mangkunegaran hingga bisa diapresiasi seperti sekarang.”

Penari sepuh yang juga kawan Gusti Heru sejak kecil, Sri Purwani, percaya Soerya Soemirat akan tetap eksis di dunia kesenian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya