SOLOPOS.COM - SOLO SKIN ART- Tattoo artis, melukis tubuh seorang peserta dalam festival Solo Skin Art Exhibition 2012 di GOR Manahan Solo, Senin (4/6/2012). Festival tersebut diikuti puluhan tattoo artis nasional dengan tema Budaya Nusantara.(JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO SKIN ART- Tattoo artis, melukis tubuh seorang peserta dalam festival Solo Skin Art Exhibition 2012 di GOR Manahan Solo, Senin (4/6/2012). Festival tersebut diikuti puluhan tattoo artis nasional dengan tema Budaya Nusantara.(JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SOLO SKIN ART- Tattoo artis, melukis tubuh seorang peserta dalam festival Solo Skin Art Exhibition 2012 di GOR Manahan Solo, Senin (4/6/2012). Festival tersebut diikuti puluhan tattoo artis nasional dengan tema Budaya Nusantara.(JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Desing mesin tato tampak berputar di lengan kanan Aji, 22. Sesekali, lelaki berkulit putih ini memejamkan mata, menahan sakit yang mendera kulitnya. Tato itu membentuk karakter Semar. Inilah tato yang sedang dibuat tattoo artist asal Malaysia, Daniel Aldeson, dalam ajang Tattoo Wars di GOR Manahan Solo, Senin (4/6/2012) sore.

Promosi 204,8 Juta Suara Diperebutkan, Jawa adalah Kunci

Bagi Aji, tato itu adalah tato kesekian kalinya. “Sejak Kelas 3 SMA, saya sudah mulai ditato. Waktu itu masih coba-coba saja, belum memikirkan maknanya,” ujar Aji sambil menunjuk tato bermotif tribal di lengan kirinya.

Ya, seni rajah tubuh kini memang semakin dekat dengan masyarakat. Pandangan negatif terhadap seni tato makin hari makin tereduksi. Hal itu pun diakui Daniel Aldeson. “Seni tato sekarang sudah semakin maju. Namun bila dibandingkan, jauh lebih baik Indonesia dibanding Malaysia,” ujar Daniel kepada Solopos.com di sela-sela Tattoo Wars.

Lelaki berambut gondrong ini lantas berkisah tentang negerinya. Di Malaysia, imbuhnya, para seniman tato masih sering dipandang sebelah mata. Nuansa agama yang kuat, lanjutnya, juga menjadi tantangan tersendiri bagi tattoo artist di Malaysia. “Yang unik, di Malaysia sekarang baru tren polisi minta ditato. Mereka seolah ingin melawan banyaknya aturan di negara,” tuturnya.

Sore itu, Tattoo Wars menjadi agenda utama Solo Skin Art Exhibition. 54 seniman tato dari berbagai daerah berlomba menunjukkan kreativitasnya merajah tubuh bertema budaya nusantara. Jika Daniel memilih karakter Semar, lain halnya Rio. Tattoo artist dari Skull Tattoo Room Jakarta ini memilih Arjuna sebagai karakter pilihannya.

“Senang mas bisa ikut acara ini. Nambah pengalaman,” kata lelaki yang tiga tahun belakangan aktif di dunia tato itu.

Ia menilai seni tato mulai potensial menjadi ladang penghidupan di Indonesia. Masyarakat, imbuhnya, semakin menghargai seni yang sudah ada sejak 3000 SM ini. Menurut Humas Solo Skin Art, Dodo, Tattoo Wars bukanlah ajang pamer atau cari nama antar seniman tato. Kemenangan, sambungnya, bukan yang utama dalam tattoo wars. “Namun bagaimana kita bisa berbagi, mengartikulasikan ide.”

Dodo menambahkan, hari terakhir Solo Skin Art, Selasa (4/6/2012), akan menyuguhkan Inscription Tattoo. Dalam kegiatan itu, jelasnya, 54 seniman akan membubuhkan tato tanda tangan di tangan salah satu relawan. “Tanda tangan itu adalah prasasti terselenggaranya acara ini,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya